Mohon tunggu...
Farida Priatmaja
Farida Priatmaja Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Nulis, baca, traveling

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Filterisasi Informasi Tak Cukup dengan Sosialisasi

10 November 2024   19:33 Diperbarui: 10 November 2024   20:05 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Filterisasi Informasi Tak Cukup dengan Sosialisasi
Oleh: Nanik Farida Priatmaja, S. Pd

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Tulungagung mengadakan sosialisasi pengawasan partisipatif yang dikhususkan bagi pemilih pemula, termasuk siswa SMA dan mahasiswa dari beberapa sekolah dan universitas di Tulungagung.

Acara ini, yang berlangsung pada Rabu siang, bertujuan untuk mengantisipasi dampak buruk dari informasi yang belum tentu benar atau berita hoaks selama tahapan Pilkada 2024.
Dalam acara tersebut, para pemilih pemula dikenalkan pada konsep misinformasi, disinformasi, dan malinformasi, serta diajak untuk selalu memeriksa kebenaran informasi melalui aplikasi Awasi Jarimu.

Komisioner Bawaslu Tulungagung, Nurul Muhtadin, menyampaikan pentingnya literasi digital bagi generasi muda dalam menghadapi arus informasi di media sosial yang semakin cepat dan sering kali tidak akurat.

Tak dimungkiri rendahnya taraf berpikir umat saat ini, memang begitu mudah tergelincir, termakan berita hoax, mudah terpancing isu-isu yang sengaja dibuat untuk memperkeruh suasana yang biasanya terjadi jelang pemilu. Wajar muncullah program-program yang berupaya mencegah atau menanggulangi munculnya informasi-informasi yang beredar di dunia maya yang berpotensi memecah-belah atau mengancam keamanan masyarakat. 

Pendidikan politik bagi pemilih pemula seharusnya bukan sekedar filterisasi informasi digital yang memang rawan berita hoax. Filterisasi digital tak cukup melalui sosialisasi semata karena hal itu adalah tugas negara. Negara lah yang seharusnya melindungi seluruh rakyat terhadap pembodohan informasi apapun baik di dunia digital ataupun dunia nyata.

Pendidikan politik ala demokrasi biasanya gencar dilakukan jelang pemilu demi melancarkan program tersebut agar masyarakat terutama pemilih pemula memiliki kesadaran untuk memilih calon pemimpin. Pendidikan politik yang mampu membentuk kesadaran politik seharusnya diartikan secara luas. Bukan sekedar memilih calon pemimpin ataupun filterisasi berita hoax semata.

Definisi politik yang sesungguhnya lah yang harus dipahamkan di tengah-tengah umat. Politik dalam arti mengurusi urusan umat. Bukan sekedar memilih pemimpin, yangmana calon pemimpin berlomba-lomba dalam meraih dukungan rakyat. Namun ketika menjabat, lupa terhadap amanah yakni meriayah kepentingan umat. 

Kesadaran politik umat secara umum akan terbentuk melalui kolaborasi peran partai dan negara dalam mengedukasi umat. Hal ini bisa dilakukan melalui sistem pendidikan Islam yang didukung pula sistem politik, sistem ekonomi yang diterapkan oleh negara yang menerapkan sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun