Berbeda jauh dengan sistem Islam, tak akan ada ongkos yang mahal saat berlangsungnya proses pemilihan pemimpin. Pasalnya amanah dalam Islam dipahami sebagai amalan yang berat hisabnya di akhirat kelak. Sehingga orang yang mencalonkan sebagai pemimpin pastinya bukan orang sembarangan yang hanya modal harta semata. Pemimpin dalam Islam harus memenuhi persyaratan tertentu salah satunya memiliki kapabilitas yang mumpuni.Â
Sistem pengangkatan pejabat di dalam Islam yang mudah dan praktis tak perlu biaya banyak. Kualitas individu-individu yang bertakwa dan kapabel didukung sistem yang sesuai dengan fitrah manusia jelas akan menjadikan kehidupan  berjalan dengan baik. Sistem ekonomi non ribawi akan menyejahterakan rakyat. Pengelolaan sumber daya alam oleh negara, distribusi yang benar-benar merata akan menjadikan negara dan rakyat semakin mudah dan sejahtera.Â
Sistem Islam mampu menjalankan ekonomi tanpa krisis. Penerapan sanksi yang adil dan manusiawi mampu meminimalisir kejahatan dan mencegah kejahatan berulang. Sistem pendidikan Islam akan mampu mewujudkan individu-individu yang bertakwa, amanah dan berkualitas.
Gaya hidup Islami menjadikan individu dan masyarakat fokus berlomba-lomba dalam kebaikan dan saling mencegah dalam kemungkaran. Bukan berlomba-lomba hidup glamor, budaya pamer, suka utang dan foya-foya.Â
Suara rakyat dalam Islam akan ditampung oleh Majelis Umat dan disampaikan kepada Khalifah dengan cara yang praktis. Tak perlu sidang atau rapat dengan dana miliaran ataupun melalui proses yang panjang. Beda jauh dengan sistem demokrasi. Wakil rakyat membutuhkan laporan aspirasi dari rakyat kemudian harus menyampaikan dan membahasnya dalam sidang yang tak cukup sekali atau dua kali yang membutuhkan biaya banyak. Itupun belum tentu  pula aspirasi rakyat bisa diwujudkan. Sehingga wajar terkadang rakyat merasa keberadaan wakil rakyat tak berpengaruh dalam kehidupan.Â
Sudah saatnya rakyat berpikir kritis. Sistem demokrasi tak bisa diandalkan. Apalagi berharap pada wakil rakyat. SK saja digadaikan, apalagi rakyat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H