Mohon tunggu...
Farida Nurro
Farida Nurro Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Psychology Learner // Life Adventurer // Honesty Lover // Happiness Seeker

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Berhenti Pada Kata "Mengapa"

23 September 2013   14:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:30 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth



Lihat Tuhan…!!!!!!!!

Lihatlah aku di sini…

Aku menangis lagi…

Aku bersujud lagi…!!

Orang yang hina ini,

Kotor dan tak tahu budi

Mencoba menyapa-Mu lagi

Berharap setitik cinta dari Mu

Aku tak tahan lagi…

Sudah terlalu banyak sayatan di tubuhku

Tapi takdir-Mu…

Menaburkan garam hitam di luka itu

Perih Tuhan…!!!!

Perih…!!!!!!!

Apa hendak-Mu atas jiwaku??

Sudah tak adakah orang lain yang harus Kau uji??

Belum cukupkah semua tangisku??

Tuhan…!!!

Bencikah Engkau padaku??

Kenapa Kau cipta makhluk sepertiku

Inikah perlunya dunia Kau ciptakan??

Sudahlah…

Cukup..!!!

Apapun celotehku…

Kau tak’kan menjawabku,

Setidaknya sampai aku mati

Maaf atas keputusasaanku,

Tapi aku sungguh sangat lelah.




Celotehan di atas….
Pernah aku mengalaminya?
Itu pasti.
Bagaimana dengan kamu??

Sebagian dari kita pasti pernah mengeluh, berputus asa dan merasa kecewa dengan hidup yang dijalani. Aku pikir semua itu karena adanya rasa kekurangan. Entah apapun itu, mulai dari kurang kasih sayang, kurang perhatian, kurang harta, kurang kepandaian, kurang dihargai, kurang percaya diri. Pada intinya karena kita merasa kurang dari apa yang dimiliki oleh orang lain.
Manusia lain yang ada di sekitar kita sering kali menjadi parameter hidup kita.
Apakah kita lebih bahagia dan beruntung dari mereka atau justru hidup kita lebih menyedihkan dan sangat tidak penting untuk dikisahkan.
Kita mungkin begitu irinya ketika ada teman yang berhasil padahal kita menempuh jalan yang sama. Begitu irinya ketika ada teman yang tanpa pikir panjang membelanjakan uangnya untuk sesuatu yang pada akhirnya hanya disia-siakan. Begitu irinya ketika melihat teman yang tak pernah lepas dari handphonenya karena ayah bundanya selalu menanyakan kesehatannya. Atau bahkan sangat iri dengan teman yang pacarnya tidak pernah absen menghubungi tiga kali sehari (lumayan untuk pengingat waktu makan, hehe…)
Celotehan itu,
Aku tulis sudah cukup lama
Melihat dan membacanya lagi
Dan akhirnya hanya bisa berkata, betapa konyolnya semua itu.
Hidup bukanlah perbandingan
Melihat ke atas terkadang membuat kita merasa terpuruk…
Melihat ke bawah bahkan mungkin membuat kita terlena…
Tuhan memberikan jalan untuk hidup kita masing-masing,
Maka lebih baik kita berjalan tegap menatap ke depan.
Tuhan memberikan ruang hidup yang harus kita isi sendiri
Apapun yang kita lakukan…
Berapa kalipun kegagalan untuk setiap usaha yang kita lakukan
Bukan berarti Tuhan tidak menjawab keinginan kita
Selalu ada jawaban, hanya ya atau tidak…
Jika belum terpenuhi, mungkin Tuhan menjawab “tidak” untuk saat ini
Itu artinya usaha tidak bisa berhenti begitu saja
Lanjutkan hingga jawaban Tuhan seperti yang kita inginkan
Jikapun tak terlihat seperti yang kita inginkan
Tuhan selalu memberikan jawaban
Mungkin tidak menjawab apa yang kita inginkan
Tapi Tuhan tahu apa yang kita butuhkan
Silahkan berputus-asa, tapi jangan lupa untuk segara bangkit lagi
Silahkan bersedih, tapi jangan sampai menggelapkan hati hingga tidak melihat jalan kebahagiaan lain yang telah dirancang khusus untuk masing-masing dari kita
originally created on June 23, 2011 at my first blog 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun