Mohon tunggu...
FARIDA ISFANDIARI
FARIDA ISFANDIARI Mohon Tunggu... -

Memiliki harapan bahwa suatu hari nanti, "menjadi politisi" itu dianggap sebagai sebuah cita-cita yang mulia. || Tertarik banyak hal || Tanpa sadar sudah menulis puisi sejak Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sedikit FTV, Beberapa Menit Manusia

24 November 2013   01:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:45 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak terlalu sering nonton FTV, sebulan bahkan mungkin tidak ada sekali, kadang saja kalau pas benar-benar ingin dan pas benar-benar luang.

Namun ini hanya sedikit cerita pribadi nyata dari sahabat saya yang baru saja kecelakaan tiga hari yang lalu.

Pernah kan kita bergumam atau mendengar “ah itu kan hanya ada di FTV”

“Ah ceritanya FTV banget deh”, dll.

Ya setiap hal menurut saya pasti pernah terinspirasi pada sesuatu, barang sedikitpun. Baik itu diambil dari kisah nyata atau hanya hasil imajinasi, namun menurut saya imajinasi juga pasti bisa timbul karena sesuatu pula disebelumnya. Sekalipun bahkan cerita yang ada kadang diluar imajinasi, meskipun tidak jarang lebih sering kenyataan lebih dahsyat dari imajinasi, tak terfikirkan.

Cerita sahabat saya ini hanya sepengal sedikit sekali, dan sedikit FTV.

Seperti biasa, saya suka mampir ke beberapa sahabat saya, kali ini saya bermaksud pula mampir kerumah sahabat saya ini. Saya kirim pesan ke dia, dia bilang sedang ada disuatu tempat yang jauh dari rumah, namun akan segera pulang, saya disuruh memberi pesan lagi jika saya sudah berangkat.

Lama, saya akhirnya sampai kerumahnya, saya tak memberi pesan, saya pikir dengan lamanya waktu saya, dan jarak tempuhnya perjalanan kerumahnya, dia pasti sudah sampai, dari tadi bahkan. Dirumahnya cukup ramai, ah sudah sering. Motornya terparkir diluar, muka orang-orang yang ada didepan rumahnya tampak bingung, adik lelakinya yang sudah mengenalku kemudian menghampirku.

“Mbak kecelakaan, sekarang di UGD” kata adiknya yang usianya sama dengan adik lelakiku juga.

DEG, siapa yang tak kaget, baru saja kuhubungi beberapa jam yang lalu, kukatakan padanya.

“Aku juga kaget kok” raut mukanya cemas.

Setelah tahu dimana rumah sakitnya, akupun kesana, kedua tanganku dingin, sangat bisa kurasakan, karena aku mengemudikan motor, dan tanganku tentunya kurasakan penuh untuk menjalankan motor. Ah ternyata aku cukup trauma mendengar seseorang yang kecelakaan, sepanjang jalan kupanjatkan doa, dia bahkan baru saja diwisuda, semoga dia baik baik saja, kuhilangkan pikiran-pikiran buruk, siapa yang tak khawatir.

Pertama kalinya aku masuk UGD sendirian, aku bahkan tak tahu harus bertanya ke siapa, semuanya seperti sibuk. Semuanya mungkin juga merasa genting, bahkan mereka mungkin memang memiliki urusan yang sangat lebih penting.

Ada tempat yang seperti resepsionis, aku masih tak tahu harus bertanya ke siapa, semuanya tak ada yang seperti ingin memberi informasi, ah mau kemana lagi pikirku. Salah rumah sakit, salah ruang, salah tanya, huh malah berpikir macam-macam.

“Maaf ingin bertanya, apa disini juga tempat untuk menanyakan dimana pasien?” itu yang tercetus dariku.

Orang yang didalam malah diam, namun petugas yang diluar yang menjawab. Lalu aku mengatakan nama temanku yang katanya baru saja masuk UGD.

“Kecelakaan? Anak-anak?”tanyanya balik.

“Tidak, kecelakaan tapi bukan anak-anak” kujelaskan lagi, bahwa baru saja kecelakaan dan baru saja dibawa kesini katanya, kusebutkan nama temanku lagi.

“Oh remaja?” kata petugas. Lalu bertanya kepada petugas lainnya “pasien ini . . . . .(sambil menyebut nama sahabatku) dirawat dimana yaa?, pasien ini dirawat dimana ya (diulang lagi).”

“Oh disitu” sambil menunjuk ke sebuah tirai, karena diruangan itu memang disekat hanya dengan tirai-tirai saja, lalu kemudian ada yang menyibak tirai tersebut dari dalam.

Benar saja, kulihat ibu temanku, dan temanku berbaring di tempat tidur, akupun lega seketika melihat temanku yang masih sadar, dia luka dibeberapa tempat dan berdarah dibeberapa tempat pula.

Lucu, dia sadar tapi tak ingat apa yang terjadi, belum ingat tepatnya. Kemudian ibunya bercerita. Yang cukup menarik adalah bagian “yang membawa temanku itu kerumah sakit, ataupun yang menyelamatkannya”. Seperti FTV sedikit, yang ‘menyelamatkannya’ adalah mantannya. Mantan yang mungkin pacar pertama dan terakhirnya.

Semoga temanku tak marah jika membaca cerita ini,

Dia dan ‘mantannya’ ini satu kelas saat kuliah, selama kuliah mereka berpacaran, hampir tiga tahun atau tiga tahun lebih, saya agak lupa. Otomatis mereka selalu bersama, berangkat, pulang, mengerjakan tugas, liburan dll.

Hingga saat hubungan mereka mulai agak sedikit longgar, kemudian ada wanita lain yang masuk dan memberi perhatian lebih ke pacar teman saya ini. Yah bisa di tebak, teman saya dan pacarnya putus, dan jadian dengan wanita itu. Cerita teman saya, mantannya itu sebenarnya sering mengajak balikan, tapi belum bisa milih antara teman saya ini atau wanita itu, hemmm satu aja kali mas pacarnya. Jelas, teman sayatidak mau, siapa sih yang mau diduain sedangkan diri sendiri sudah berusaha mati-matian buat setia, saya belum tahu juga sih persisnya, belum pernah merasakan pacaran soalnya.

Nah, hingga saat wisuda teman saya inipun, sang mantan juga gak datang, meski sekelas seangkatan kalau skripsi belum selesai kan tidak bisa wisuda, tapi mengucapkan selamat aja enggak, padahal teman sekelas dan sudah sama-sama lama.

Dan saat kecelakaan itulah, saat mereka akhirnya bisa bertemu kembali, dan agak lucunya ‘kok ya yang pas disitu dan yang nolongin itu ya yang mantannya itu’.

“Ah, kok aku yang nyelamatin dia sih mam” kata temanku ke ibunya, haha aku tertawa sambil menggodanya

“ih, romantis tau” kataku, ibunya senyam-senyum.

“lha sekarang dia dimana tante” tanyaku, ternyata mantannya itu masih diluar. Dan saat mantannya itu masuk ruangan apa yang terjadi, ya mereka berdua mengobrol, perhatian, manis gitulah.

Romantis, dan ya saya tahu teman saya itu tentu akan lebih susah untuk move on, meski setelah putus dia bilang sudah move on, sudah move on, saya kurang percaya.

Wanita itu, meski dia bilang tak cinta sekalipun, mungkin dihatinya lain. Endingnya seperti apa, semoga membahagiakan untuk sahabat saya ini, yang pastinya itu kecelakaan terakhir dan luka hatinya yang terakhir, dan seterusnya dia akan terus baik-baik saja, AMIN.

FTV yang terinspirasi dari manusia, bukan manusia yang terobsesi FTV.

Ceritamu lebih mendebarkan, dan kadang akan lebih sulit kau terima, karena bahkan lebih rumit dari imajinasi, tak terbayangkan.

01:11

(Farida Isfandiari, 24 November 2013)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun