Mohon tunggu...
FARIDA ISFANDIARI
FARIDA ISFANDIARI Mohon Tunggu... -

Memiliki harapan bahwa suatu hari nanti, "menjadi politisi" itu dianggap sebagai sebuah cita-cita yang mulia. || Tertarik banyak hal || Tanpa sadar sudah menulis puisi sejak Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penipuan Modus Kabar Kecelakaan, dan Cara Mengatasi.

15 September 2014   01:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:42 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tak panik, ketika mendengar orang yang anda cintai atau sayangi dikabarkan mengalami kecelakaan, atau kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri hingga dibawa ke rumah sakit. Itulah yang saya alami pagi itu, tepatnya Sabtu, 23 Agustus 2014, sekitar pukul sepuluh pagi.

Pagi itu saya dalam posisi seorang diri dirumah, ibu masih bekerja, dan Bapak memang sedang ada urusan pekerjaan keluar kota. Tiba-tiba telpon rumah berdering “Halo ini benar rumahnya Bapak ......., gini mbak saya rekan kerjanya, tadi Bapak jatuh terpeleset waktu didalam kamar mandi, sekarang Bapaknya sedang dibawa ke Rumah Sakit.”

1410692302843003778
1410692302843003778

Untuk sesaat saya linglung, dan mengiyakan apa yang dikatakan lalu saya masih sempat bertanya dimana Bapak saya dirawat. Orang diseberang tak menjawab tapi menyuruh saya untuk menghubungi rekan kerja yang membawa Bapak kerumah sakit, saya lalu mencatat nomor yang disebut rekan kerjaBapak, namanya Harmawan.

Awalnya saya tak curiga, karena suara yang menelpon tersebut memang mirip sekali dengan orang-orang atau rekanan usaha Bapak yang sering menelpon rumah, atau dapat dikatakan model suaranya sama, tenang, halus, ada logat-logat tertentu. Dan saya hampir saja percaya. Saya pun dengan panik menelpon ibu, ingin mengabarkan berita tersebut, sayang handphone ibu malah tak biasanya, tidak aktif. Dan Bapak sendiri tidak terlalu bisa mengunakan Handphone jadi tidak membawa Handphone.

Saya pun melihat nomor yang katanya rekan Bapak yang membawanya kerumah sakit, saya agak mengernyit membaca namanya. Nama Harmawan itu mengingatkan saya pada penipu saya yang dulu, hahaha dulu saya pernah tertipu hal lain (dan itu jadi pelajaran yang sangat berharga). Lalu otak saya pun kembali rasional. Apalagi setelah penelpon pertama menelpon lagi “Mbak gimana sudah ditelpon yang bawa Bapak ke Rumah Sakit?” katanya diseberang telpon, saya pun menjawab ketus “Belum!.” Saya pikir kalau ia orang asli (bukan penipu), tentu tak akan sebernapsu itu.

Saya lalu menelpon pekerja atau karyawannya Bapak, bertanya Bapak sebenarnya sedang dimana, dimana tujuannya kali ini. Ternyata Bapak sedang ke Batu Malang, bukan Lumajang, syukur ALHAMDULILLAH dalam batin saya, karena pada saat pertama di telpon saya kelepasan menyebut Bapak sedang ada di Lumajang kepada penelpon tadi “Iya Lumajangnya Rumah Sakit mana?.” Setelah itu saya cari perusahaaan yang ada di Batu Malang, nomornya ketemu, tapi dihubungi tak juga diangkat.

Lalu saya memutuskan untuk menelpon Harmawan yang katanya membawa Bapak ke Rumah Sakit. Tapi sayapun tak mau kalah, saya ganti membuat taktik untuk memastikan ini orang baik betulan atau hanya penipu, karena bagaimanapun meski tak mau, harus peduli juga kalau ternyata itu memang benar kejadiannya, kemungkinan.

Dalam pikiran saya Bapak sedang ke arah Timur, jika kejadian betulan mungkin disekitaran timur, maka saya membuat sebaliknya, saya buat Bapak seolah-olah di arah Barat, lokasi rumah kami di Jawa Tengah.

“Halo Pak Harmawan, Bagaimana Keadaaan Bapak Saya?”

“Ini siapa ya?” jawabannya santai sekali, malah cenderung memang sedang menunggu telpon, mungkin yang ditipu banyak.

“Saya bla bla, anak bla bla”

“Oh iya mbak, Bapaknya dirawat di Rumah Sakit Lumajang”katanya, Nah dia menyebut Lumajang, yang kelepasan saya sebut di awal.

“Lumajanngnya Rumah Sakit mana Pak?”kejar saya.

“Lumajang Indonesia Mbak”, yaelah saya juga tahu Pak, Lumajang di Indonesia, gak persiapan banget sih, batin saya.

Saya pun menjalankan taktik saya

“Ah, Bapak saya ada di Jakarta kok” Kata saya.

“iya mbak di RSCM” jawab penipu cepat, dalam hati saya lega bahwa ini memang hanya penipuan saja, dan Bapak dalam keadaan baik-baik saja.

“Oh gituuuuu” jawab saya santai lalu menutup telepon.

Mau saya isengin lagi, males dan terlanjur dibuat dag dig dug der diawal.

Dan saran saya untuk Anda atau Siapapun memang harus siap dengan penipu-penipu dengan modus apapun, dan Jika Modusnya berita kecelakaan.


  • Tanyakan Dimana dirawat, rumah sakit dll, atau lokasi kejadian. Jika memungkinkan (masih dalam satu kota) segera ke lokasi atau Rumah Sakit tersebut, jika disebutkan Rumah sakit langsung bisa cari tahu nomor Rumah Sakit Melalui Google. Atau jika mengaku misalnya anak anda kecelakaan disekolah, segera ke Sekolah atau telpon Sekolah atau Guru, karena penipu sangat canggih saat ini, bahkan tahu nama lengkap siswa, nama orangtua lengkap siswa, dll.

  • Atau langsung telpon yang katanya mengalami kecelakaan tadi, biasanya nomornya jadi tidak aktif atau dibuat ‘sibuk’ oleh sang penipu.

  • Ceritakan pada siapapun yang ada disamping anda, atau anda harus menenangkan diri sejenak. Karena jika anda menuruti menelpon orang lain atau penipu kedua bisa jadi anda nanti akan digiring ke penelpon ketiga yang bisa saja mengaku ‘dokter’, dan bisa saja di saat itulah anda sudah tidak bisa berkutik lagi, karena mungkin diberitakan hal-hal genting atau tindakan medis lain yang menuntut kecepatan biaya. Jadi sebelum siap, jangan menaati perintahnya. Selain itu yang membahayakan adalah “Banjir Informasi” terlalu banyak Informasi yang anda dapat, bisa membuat anda tidak bisa berpikir, dan mudah terpengaruh, nah diposisi inilah juga akan sangat mudah penipu menggiring anda untuk melakukan kehendaknya misalnya mentransfer sejumlah uang. Jadi orang yang ada disamping anda setidaknya bisa membantu menyadarkan anda atau merasionalkan anda kembali.

  • Jika bisa pastikan itu penipu atau bukan seperti yang saya lakukan tadi, dengan mengatakan hal hal yang  sebaliknya misalnya. Atau ciri-ciri khusus “anak saya tinggi kurus banget Pak” dan biasanya penipu bilang “iya-iya benar”, padahal seben arnya anaknya pendek dan sangat gendut, atau hal hal lain yang bisa dipastikan saat itu juga, dan secepatnya tentunya mengetahui kebenaran keadaan pada yang disebut “kecelakaan” tadi.

Setidaknya dengan membaca artikel ini, anda akan lebih sadar lagi bahwa disekitar kita banyak sekali modus penipuan. Jangankan saya yang hanya mahasiswa, dosen saja pernah tertipu berkali lipat jumlah nominalnya. Maaf maksud saya begini, disini bukan masalah siapa yang ditipu, tapi sekali lagi maksudnya adalah disaat orang-orang atau hal-hal penting yang penipu itu bicarakan maka siapapun bisa saja terjerat, karena bahkan si penipu bisa saja tahu nomor induk anda, judul paper anda, nama dosen-dosen yang dekat dengan anda, meniru suaranya (misalnya penipuan berkedok akademis) dll, yang anda sendiri mungkin tak habis pikir bisa sebegitu terencana.

Dan jika Naudzubillah anda hampir tertipu suatu hari nanti, setidaknya jika anda sudah membaca artikel ini, lalu saat itu juga anda mengingat artikel ini. Semoga anda bisa berpikir logis lagi, atau sejenak tersadar dari pengaruh penipu. Semoga Bermanfaat.

(Farida Isfandiari, 11 September 2014)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun