Berlarut-larut dalam kesedihan yang panjang tentu tidak elok untuk masa depan, tidak akan mengembalikan sesuatu yang hilang termasuk pasangan kita. Kehilangan merupakan peristiwa yang amat sangat manusiawi dalam hidup, oleh sebab itu berterimakasihlah jika hingga saat ini anda sering mengaliminya.
Jangan pernah takut untuk kehilangan, apapun itu. Jika tidak pada kehilangan lantas pada siapa kita akan berguru tentang kerelaan, keikhlasan dan kesabaran. Bersyukurlah karena kehilangan merupakan salah satu jalan Tuhan untuk mematangkan pola pikir, menangguhkan semangat hidup hamba-NYA.
Bergegaslah, waktu yang kita punya tidak lebih dari 24 jam, ada banyak peluang di luar sana yang siap mengisi waktu kita agar jauh lebih berkualitas daripada sekedar melamun dan menumpahkan airmata. Letakkan segala problematika hidup yang akan melemahkan jalan kita, jangan berhenti melangkah, kurangi mengeluh dan mantapkan syukur pada Tuhan.
Sendiri tentu tidak akan membuat kita bunuh diri, bukan? Kenapa, masih sering merasa miris karena tidak ada yang mengucapkan selamat berbuka puasa, atau bahkan galau sebab tidak ada yang membangunkan ketika waktu sahur tiba? Hallo...!!! sadar donk...!!! pasangan kita bukan alarm yang dengan sabar akan mengingatkan segala kegiatan kita di setiap waku. Kita bukan lagi anak kecil yang hanya bisa mencantolkan jari di lengan ibu dan mengekor di pantat ayah ketika hendak berjalan keluar rumah. Sungguh, jika demikian betapa tergantungnya hidup kita. Para jomblo, tersenyumlah pada mantan pasangan karena telah sudi mengikhlaskan waktunya untuk memberi peluang “jomblo”kepada kita, mungkin si Dia tidak sadar jika setatus kita saat inilah suatu hari nanti yang akan membuktikan bahwa untuk sekedar hidup kita tidak perlu merepotkan orang lain “mandiri”.
Jomblo tentu akan membuat kita jauh lebih fokus, fokus, dan fokus. Kita tidak perlu menyisihkan sedikit waktu dari 24 jam yang kita punya untuk sekedar kencan, nonton film atau makan malam berdua, terkecuali untuk teman dan keluarga. Dapat dipastikan para jomblo pikirannya jauh lebih rileks dan santai, karena mereka memiliki tingkat kefokusan yang tinggi. Selain fokus, jomblo memiliki jiwa yang merdeka (bukan untuk jomblo yang gagal muve on). Mengapa merdeka? Disebabkan mereka memiliki kebebasan untuk melakukan apapun yang mereka mau (positif) dan sudah tidak ada lagi orang yang membatasi kegiatan mereka.
Kadang ada banyak hal yang tidak kita sadari mengenai persoalan pikiran, keadaan dan waktu. Mengenai pikiran, biasanya yang menjadi pusat pemikiran dalam pikiran seseorang meliputi sesuatu yang sangat dominan, semisal mantan pacar, atau saudara yang sedang sakit. Jika hal seperti ini terjadi maka bertanyalah pada keadaan. Seluang apa keadaan kita hari ini? Jika keadaan tidak mampu menjawab bertanyalah pada waktu. Sudah berapa jamkah waktu yang saya habis untuk memikirkan mantan? Sudah berapa jamkah waktu yang saya habiskan untuk membaca buku, berdiskusi kemudian menulis? Perlu kita sadari bahwa di saat keadaan senggang dengan waktu luang maka di situlah peluang hal-lah yang dominan kita pikirkan akan menyerang pada pikiran kita, dan sangat tidak menutup kemungkinan waktu santai adalah waktu peling tepat untuk meresonansikan pikiran pada masa lalu. lagi-lagi menyabet persoalan masalalu. Disini saya dapat menyimpulkan bahwa kesibukan sangat menentukan kualitas pola pikir kita.
Untuk menghindari hal-hal tersebut ada baiknya jika kita bersahabat dengan peroses. Terus berproses mengasah diri, memantaskan diri agar suatu saat nanti Tuhan mengirimkan sesorang yang pantas untuk kita. Karena sejatinya pasangan kita adalah cerminan dari diri kita sendiri. Jangan risau sebab setatus kita jomblo, karena jomblo bukan masalah. Akan menjadi masalah jika kita jomblo dengan integritas diri yang rendah. Jomblo berkualitas, mengapa tidak???
Kesalahan terbesar dalam hidup adalah ketika mantan pasangan tersenyum karena kegagalan kita. Maka yang harus kita lakukan adalah membuat mereka menyesal telah meninggalkan kita. Dengan cara membuktikan bahwa kita pun mampu berhasil tanpa ulur tangan mereka. Semoga bermanfaat.
Oleh: Hayyul Faridah *
*Mahasiswi UINSA Surabaya, jurusan Filsafat Agama.
Penyair dan Aktifis FAMI Cabang Surabaya,