Mohon tunggu...
Ida Farida Ch
Ida Farida Ch Mohon Tunggu... Dosen - Just ordinary woman

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tetes hujan di Bulan Januari

2 Februari 2014   21:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:13 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setiap tetes hujan yang dulu dirindukan
Kini menjadi kegetiran. .
Masih teringat ketika setiap hari memandang langit
mengharap tercurah hujan. .
`tuk membasuh debu debu yang bertebaran
Mentari yang terik seakan ingin membakar dan menghanguskan bumi ..
Kini, harapan itu beralih. .
hujan yang tercurah bukan lagi harapan yg diimpikan
Setiap tetesnya seolah menjanjikan petaka. .
Tak ada yang salah dengan siklus alam. .
Bumi ini begitu dilimpahi rahmat dan berkah dua musim yang silih berganti. ..
Petaka terjadi karena eksplotasi tak bijaksana. .
Amanah Sang Khalik pada kita sebagai Khalifah di muka bumi. ...
Tak juga dijalankan. .. hukum alam. . Sunatullah senantiasa tak dapat dipungkiri. ..
tak cukup hanya kesadaran untuk memperbaikinya. ..
kita telah terjerat seperti keledai yg mengulang kebodohan yang sama..
Ketika kemarau menjerit mengharap hujan..
Ketika hujan tercurah meratap atas musibah. ..
Astagfirullahal Adziem. ..
Ya... Allah .. berikanlah kami pemimpin yang bisa mengemban amanah. . Jadikanlah kami umat yg bisa mengemban amanahMu. .
Ampunilah kebodohan kami. ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun