Seorang anak laki-laki yang berumur 9 tahun, anak dari sang pengusaha sukses dan kaya raya di Bandung. Panggil saja umar yang kini duduk di sekolah dasar kelas 4.
 Ayah umar menyekolahkan dia di sekolah internasional, berharap agar umar kelak menjadi pengusaha sukses dan kaya raya sepertinya.Â
 Di suatu hari umar mendapatkan undangan dari sekolah yaitu "father's day". Umar hanya berani bilang kepada ibunya, meminta tolong agar ibu dapat merayu ayah untuk menghadiri undangan itu. Ibu sudah menyampaikan undangan "father's day" kepada ayah, dan ternyata ayahnya menolak dan menganggap bahwa pekerjaan di kantornya lebih penting dari pada undangan itu. Namun, ibu saat itu benar-benar sangat marah kepada ayahnya umar, karena umar selalu di ejek oleh temanya sebab yang mendampingi selalu ibunya. Sehingga ayah langsung menerima undangan dan mau menghadiri acara besok.
 Ayah umar mengganggap acara ini sangat biasa saja, sehingga ayahnya lebih memilih tempat duduk di belakang sendiri. Tidak seperti bapak-bapak yang lainnya cepat-cepat mencari duduk depan untuk melihat dan menyemangati anaknya untuk tampil bernyanyi, menggambar, pantomim, dan  banyak macamnya diepan yaitu panggung yang lumayan besar. Sekolah bertujuan mengadakan "father's day" agar ayah dari para murid mengetahui bakat yang di miliki anaknya di sekolah.
 Peserta nomer urut 8 maju di atas panggung, yaitu umar. Umar meminta gurunya agar Ustadz Ali yang mengajari mengaji di kelas umar untuk maju ke panggung. Umar mengucapkakan kepada Ustadz Ali "Ustadz apakah saya boleh meminta tolong untuk membukakan Al-Qur'an surat An-naba?" Ustadz menjawab "oh sangat boleh umar, dengan senang hati ustadz membukanya". Kini umar melantunkan ayat Al-Qur'an surat An-naba ayat satu sampai terakhir dengan merdu dan mendayu-dayu, sehingga penonton ada yang terharu dengan suara umar. Ustadz bertanya kepada umar "umar mengapa kamu lebih memilih membacakan surat Al-Qur'an dengan tahfidz (hafal) di bandingkan bakat yang lain seperti temanmu yang lainnya" umar pun langsung menjawab "waktu itu karena saya sangat malas untuk mengaji, namun ustadz bilang bahwa siapa saja yang dapat menghafal Al-Qur'an akan di bukakan pintu surga dengan sangat mudah dan akan memberi dua jubah yang bercahaya untuk ke dua orang tuanya, saat itu saya sangat berharap dapat menghafal surat Al-Qur'an agar kedua orang tua saya mendapatkan dua jubah yang bercahaya, itulah persembahan saya sebagai anak yang berbakti kepada orang tua". Penonton dan ustadz ketika mendengar ucapan umar sangatlah terharu, bahkan ada juga penonton sampai menangis berdesak karena kagum dengan umar. Ketika umar telah usai menjab pertanyyan dari ustadz Ali mengapa memilih untuk membaca Surat Al-Qur'an, langsung ada bapak yang berlari dari belakang untuk maju ke depan dan naik ke panggung mencium umar lalu berkata "maafkan Ayah umar yang selama ini hanya memikirkan pekerjaan dan hanya berfikir agar umar sekolah di internasional hanya untuk bertujuan agar umar dapat menjadi seorang yang sukses di dunia, tanpa memikirkan dan membimbing umar dalam mengaji dan pelajaran agama, namun umar dapat belajar dan menghafal Al-Qur'an untuk bertujuan agar Ayah dan Ibu selalu mendapaatkan yang terbaik di akherat kelak. Maafkan Ayah umar" Ayah umar terus memeluk dan mencium umar tanpa henti berharap penyesalan ini tak berakhir untuk lebih membimbing, memperhatikan, dan menyayangi umar sepenuh hati.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H