Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia yang padat penduduk telah lama menghadapi masalah serius terkait polusi udara. Tingkat polusi udara yang tinggi di Jakarta bukan hanya menyebabkan kerusakan lingkungan, tetapi juga berdampak negatif pada kesehatan masyarakat. Berdasarkan data dari IQAir, Ibu Kota Jakarta memiliki indeks kualitas udara yang buruk pada beberapa hari terakhir.
Kualitas udara DKI Jakarta dalam beberapa hari terakhir selalu berada diatas angka 100 atau bisa dikatakan tidak sehat, sebab indeks kualitas udara yang baik berada  di angka 0-50, kualitas udara sedang berada di angka 51-100, dan kualitas udara tidak sehat berada di angka 101-199. Berdasarkan rekam data IQAir dalam rentang waktu 19 Mei -- 2 Juni 2023, indeks kualitas udara di Jakarta berada di angka 152-166. Akibatnya penuruan kualitas dan indeks udara di Jakarta dapat menyebabkan efek sakit kepala pada penduduk Jakarta.
Penuruan kualitas udara di Jakarta juga dirasakan oleh pengguna platform TikTok yang juga merupakan penduduk Jakarta. Dalam video unggahannya pada Platform TikTok, penduduk tersebut merasa udara Jakarta pada hari itu sangatlah buruk sebab indeks kualitas udaranya menyentuh angka 166 dengan polutan utamanya yakni PM 2,5 dan nilai konsentrasinya 84,4 g/m.Â
"Pagi ini baru jam 06.40 pagi keliatannya hazy banget, harusnya kualitas udaranya ga begini. Biasanya kalo gue ngecek kualitas udara ga jauh-jauh dari hijau, kuning, atau paling oranye, jarang banget sampai merah, udah dua hari seperti ini." Ujar pengguna platform TikTok @sikuninghoodie pada 29 Mei 2023.
Polusi udara adalah kombinasi dari berbagai partikel dan zat kimia yang tercampur dalam udara yang kita hirup setiap hari. Polusi udara terutama disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, industri, pembakaran sampah, dan konstruksi yang tidak terkendali. Partikel-partikel polutan yang terlarut dalam udara, seperti partikel debu, asap, dan gas berbahaya, dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan. Ketika partikel-partikel ini masuk ke dalam saluran pernapasan, mereka dapat mencapai otak dan sistem saraf pusat yang menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan.
Salah satu reaksi umum yang dialami oleh orang-orang yang tinggal di lingkungan dengan polusi udara tinggi adalah sakit kepala. Sakit kepala dapat terjadi secara langsung setelah terpapar polutan udara atau sebagai respons terhadap paparan yang berkepanjangan. Beberapa polutan udara yang berkontribusi pada gejala sakit kepala antara lain:
- Partikel Debu
Debu dan partikel-partikel kecil lainnya dalam udara dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Ini dapat menyebabkan pembengkakan dan inflamasi yang mengganggu aliran oksigen ke otak, menyebabkan rasa pusing. - Gas Beracun
Beberapa polutan udara seperti karbon monoksida (CO) dan nitrogen dioksida (NO2) memiliki efek beracun pada tubuh manusia. Paparan jangka panjang terhadap gas-gas ini dapat mengganggu aliran darah ke otak, menyebabkan kelelahan, pusing, dan kebingungan. - Polutan Organik Teruap (Volatile Organic Compounds/VOCs)
VOCs adalah senyawa kimia yang terdapat dalam berbagai produk, seperti cat, bahan pembersih, dan bahan bakar. Paparan terhadap VOCs dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan menyebabkan gangguan keseimbangan kimia dalam tubuh, yang dapat berdampak pada kesehatan otak dan menyebabkan gejala kepala pusing. - Partikel Polutan Udara
Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada sakit kepala adalah partikel polutan udara, terutama partikel-partikel halus seperti PM 2.5. Partikel ini dapat dengan mudah masuk ke dalam saluran pernapasan dan mencapai aliran darah, memicu respons inflamasi dan stres oksidatif dalam tubuh. Proses ini dapat mempengaruhi sistem saraf dan memicu sakit kepala.
Ketika partikel-partikel tersebut masuk ke dalam paru-paru, mereka dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Selain itu, partikel-partikel halus seperti PM2.5 dapat menembus sistem pernapasan kita dan mencapai otak.
Di sinilah permasalahan sakit kepala muncul. Partikel-partikel polutan yang terhirup dapat merangsang sistem saraf pusat kita, mempengaruhi peredaran darah, dan mengganggu fungsi normal otak kita. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya sakit kepala, migrain, dan gangguan keseimbangan.
Tingkat polusi udara yang tinggi  dan buruknya indeks kualitas udara di Jakarta membuat penduduknya terpapar risiko yang lebih besar terhadap masalah kesehatan, termasuk sakit kepala.