Mohon tunggu...
Farida Siregar
Farida Siregar Mohon Tunggu... -

Seorang wanita yang memiliki tujuan hidup sederhana. Sukses di karir dan di rumah tangga, berguna bagi orang lain, dan memiliki kehidupan mapan dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Money

Tindak Tegas Pengusaha yang Tidak Memberikan Upah Sesuai Dengan Standard UMP

24 Maret 2014   23:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:32 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Zaman sekarang memang sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan layak. Tak banyak yang bernasib beruntung mendapatkan pekerjaan sesuai dengan harapan. Bagi mereka yang mungkin berasal dari keluarga berada hal tersebut tidak telalu menjadi suatu hal yang memusingkan, mereka tinggal melanjutkan usaha milik babenya. Dengan kata lain kerja sama babe, di lingkungan perusahaan babe, tidak perlu membuat surat lamaran kerja, tidak perlu harus mengikuti test interview, psikotes dan seabreg jenis tes lainnya. Tinggal datang, menduduki satu jabatan yang diinginkan dan mengatur orang yang menjadi bawahan, tanpa perduli dengan kemampuan yang dimiliki, maklum perusahaan babe. Itu satu bagian, bagian lainnya hal sulit mendapatkan pekerjaan pun tidak terlalu dipusingkan oleh seorang yang memiliki anggota keluarga, kerabat atau kolega atau rekan bisnis yang menduduki satu jabatan penting dan bergengsi di sebuah perusahaan bergengsi milik pemerintah ataupun swasta. Karena harus kita akui zaman sekarang ini masih banyak terjadi kecurangan dalam seleksi penerimaan karyawan baik di pemerintahan maupun di swasta, namun yang paling banyak terjadi di perusahaan milik pemerintah. Saya tidak perlu sebutkan perusahaan apa, namun saya yakin kita semua sudah pada tau. Meskipun ada juga beberapa perusahaan milik pemerintah (BUMN) yang masih bersih dari yang namanya nepotisme. Mereka yang memiliki kerabat di perusahaan-perusahaan tersebut dengan gampangnya lulus dan menduduki suatu jabatan yang diinginkan. Padahal kita ketahui tidaklah begitu mudah seleksi yang harus dilalui untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan milik pemerintah tersebut. Hal yang paling terlihat, ada beberapa perusahaan milik pemerintah baik nasional maupun daerah, dalam kurun waktu hampir sepuluh tahun tidak pernah terdengar mengeluarkan pengumuman penerimaan pegawai baru, padahal setiap tahun pasti ada yang pensiun dan digantikan oleh pegawai yang sesuai untuk menduduki posisi yang ditinggalkan. Setiap ada yang pensiun pasti ada posisi lowong yang dapat diisi, tidak mungkin dalam kurun waktu selama itu perusahaan tersebut tidak membutuhkan pegawai baru. Kenapa tidak pernah di publish??? Jawaban yang masuk akal hanya satu, tidak perlu di publish karena lowongan tersebut hanya untuk anak-anak atau kerabat-kerabat mereka para pegawai perusahaan tersebut. Makanya jelas sekali tidak pernah terdengar berita apapun tentang penerimaan pegawai baru di perusahaan tersebut.

Nah bagaimana dengan kita yang tidak seberuntung mereka semua? Kita punya keahlian, kita punya kemampuan namun kita tidak punya modal untuk berwira swasta. Seperti kita ketahui pinjaman untuk memulai suatu usaha kecil saja di bank syarat dan ketentuannya terlalu ribet. Harus memiliki SIUP, NPWP, dan surat keterangan ini-itu. Bagaimana bisa punya SIUP, usaha saja baru mau dirintis. Jalan satu-satunya adalah bekerja apapun yang penting halal dan dapat uang. Sebahagian dari kita ada yang bekerja sebagai sales lepas (freelance) kartu kredit, asuransi atau perusahaan investasi sejenis perusahaan broker yang commission base. Seperti kita ketahui hampir seluruh tenaga kerja di perusahaan tersebut tidak memiliki gaji pokok, jangankan yang standar UMP gaji pokok saja tidak ada. Mereka hanya berpenghasilan dari hasil penjualan mereka.

Seperti sales asuransi, banyak dan berbagai taktik yang mereka lakukan demi mendapatkan case yang besar agar mendapat komisi yang tak terhingga, dan jalan-jalan ke luar negeri seperti yang selama ini dijanjikan oleh hampir semua perusahaan asuransi kepada agen penjualnya sampai kadang mereka ada sebahagian yang berprofesi ganda demi menggolkan itu semua. Begitu juga dengan sales kartu kredit/ KTA mereka juga banyak melakukan segala cara agar kartu kredit yang dijual bisa banyak yang apply dan tingkat approvalnya tinggi seperti memanipulasi data, yang penting kartunya approve, dan dari situlah mereka nanti memperoleh uang yang dikatakan insentif per kartu.

Dan dari semua itu yang paling miris adalah para tenanga pemasaran yang bekerja di sebuah perusahaan broker/ pialang. Mereka diiming-imingin komisi yang jutaan hingga puluhan juta perbulannya. Sehingga mereka diusahakan tidak memikirkan yang namanya basic salary. Banyak mereka melakukan segala cara, mulai dari menjanjikan keuntungan yang berlipat ganda dari jumlah investasi awal, yang bagi orang yang mengerti dunia investasi trading futures (forex, index, Gold, dan lain-lain) investasi tersebut adalah investasi yang beresiko tinggi dengan kata lain high risk high return. Bahkan banyak dari mereka yang berani membuat perjanjian hitam di atas putih mengenai keuntungan yang akan didapatkan nasabah tiap bulannya jika menjadi nasabah mereka, dan seabreg cara dilakukan agar membuat nasabah mau jadi nasabah mereka. Bahkan ada beberapa yang rela ditidurin demi mendapatkan nasabah (Ini Fakta). Kesemuannya diatas mengapa?? Karena mereka hidup hanya dari hasil trading nasabah dengan komisi trading rata-rata 300.000 per lot. Bayangkan jika dapat nasabah minimal 2 orang sebulan, nasabah trading rata-rata minimal 30 lot saja per orang tiap bulannya, si broker (marketing) sudah mendapatkan penghasilan 12 juta perbulannya. Itu minimal, bagaimana kalau lebih. Justru mereka para broker berusaha agar nasabah mereka trading lebih banyak agar mereka mendapatkan komisi yang jauh lebih banyak bahkan terkadang melebihi keuntungan si nasabah sendiri.

Mengapa fenomena tersebut terjadi? Karena pengusaha tidak memberikan kewajiban mereka terhadap tenaga-tenaga pemasaran tersebut. Perusahaan hanya memberikan uang transportasi yang disebut allawence yang jumlahnya jauh dari standard UMP. Sebenarnya futures trading adalah baik sebagai sarana perdagangan alternatif dan sebagai alat hedging bagi nasabah yang memiliki komoditi fisik. Jika di komoditi fisik, misalnya nasabah yang memiliki perkebunan, jika terjadi musim hujan yang panjang dan serangan hama sehingga hasil kebun rusak atau berkurang, maka di trading futures nasabah tersebut bisa bertransaksi dan memperoleh keuntungan, jadi rugi di fisik tapi dapat tertutupi dari keuntungan di futures. Namun karena semuanya sudah berputar jauh dari makna sebenarnya dan yang ada sekarang setiap orang yang mendengar futures trading sudah trauma terlebih dahulu, karena merasa diperah uangnya oleh para broker sehingga nama futures trading sendiri sudah jelek di mata masyarakat. Dan yang ironisnya hal ini terjadi hanya di Indonesia. Di negara lain seperti contoh Singapura, futures trading merupakan suatu alternatif investasi untuk hedging dan melindungi usaha fisik yang mereka miliki. Karena sistem yang diberlakukan disana adalah setiap orang yang bekerja di perusahaan pialang adalah statusnya sama dengan pekerja yanglain, berhak mendapatkan gaji pokok, tunjangan-tunjangan yang berarti juga asuransi kesehatan, sehingga mereka tidak mementingkan tradingan nasabah, marketingnya bekerja hanya untuk mendatangkan bisnis bagi perusahaan bukan bisnis bagi diri broker itu sendiri. Sehingga jangan heran jika banyak pengusaha-pengusaha Indonesia banyak yang hedging di luar negeri karena mereka merasa lebih nyaman dan uang mereka lebih aman.

Mudah-mudahan tulisan saya ini di baca oleh orang-orang yang berwenang di bidang ini dan semoga pemerintah lebih tegas dalam memberlakukan hukum dan peraturan, sehingga kesejahteraan ekonomi lebih merata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun