Mohon tunggu...
Farida Siregar
Farida Siregar Mohon Tunggu... -

Seorang wanita yang memiliki tujuan hidup sederhana. Sukses di karir dan di rumah tangga, berguna bagi orang lain, dan memiliki kehidupan mapan dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Masih Adakah Jurnalis yang Jujur saat Ini?

17 April 2014   18:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:33 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pekerjaaan sebagai seorang Jurnalist menurut saya merupakan suatu pekerjaan yang mulia. Dari seorang jurnalist didapat informasi yang sangat berguna bagi masyarakat dan bangsa ini. Dari tangan seorang jurnalist juga kebenaran dapat terungkap.

Pada era orde baru kebebasan Pers sangat dibatasi, stasiun televisi, surat kabar bahkan hampir seluruh media diawasi dengan ketat, agar tidak semua informasi dapat tersampaikan kepada rakyat. Setiap berita yang akan ditayangkan harus melalui sensor dulu. Berita yang dianggap ekstrim tentu tidak akan menghiasi kolom-kolom di surat kabar dan di siaran berita di televisi. Yang terlihat adalah keadaan yang adem ayem dan biasa-biasa saja. Bahkan jika ada seorang jurnalist yang berani angkat bicara pada satu kasus tertentu, segera jurnalist tersebut dibungkam selamanya, dan kasusnya hampir tak kan terungkap sepanjang masa.

Di era reformasi Pers sepertinya merdeka sangat luar biasa, siapa saja dapat berbicara, mulai dari menyebarkan berita yang benar atau hanya sebuah berita kebohongan semata untuk mengangkat pamor dan ketenaran. Namun akibat kebebasan tersebut terkesan kebebasan yang tak terkontrol, kebebasan yang kebablasan. Bahkan karena terlalu banyak pemberitaan dan terlalu banyak orang yang berbicara kita sebagai rakyat biasa dan orang awam tidak bisa membedakan mana berita yang benar dan mana berita yang bohong.

Ironisnya saat ini jurnalist juga dapat disogok untuk meliput suatu kejadian dan memberitakan berita tersebut kepada masyarakat untuk kepentingan seseorang yang mempunyai kepentingan terhadap berita tersebut untuk mendongkrak popularitas atau hanya sekedar mencari sensasi semata. Jurnalist/ wartawan tersebut bersedia melakukan peliputan dan pemberitaan asalkan sesuai harganya, dan dia sangat tahu bahwa berita yang disampaikannya itu hanyalah kebohongan semata. Dimana letak hati nurani mereka? Apakah mereka lupa bahwa peran seorang jurnalist itu sangat penting salah satunya mengungkapkan fakta dan kebenaran yang hakiki, tapi hanya karena beberapa lembar uang lantas harga diri mereka pun dijual demi memuaskan nafsu mereka yang mempunyai kepentingan.

Kadang saya juga tidak bisa terlalu menyalahkan mereka yang terpaksa berbuat seperti itu. Ada teman saya seorang wartawan dari salah satu media group ternama di Indonesia pernah cerita, bahwa kadang dia merasa tertekan dan merasa sangat terpaksa untuk meliput dan memberitakan berita yang bagus-bagus dari sebuah acara yang jelas-jelas dia mengetahui bahwa berita itu sama sekali tidak benar dan hanya suatu kebohongan dan kamuflase untuk mengelabui mata rakyat, apalagi mereka yang tidak pernah berfikir rasional. Namun karena kebutuhan akan pekerjaan dan kebutuhan akan uang untuk mencukupi biaya ini itu, akhirnya kebohongan tersebut pun di beritakan sebagai suatu kenyataan yang bagus-bagus.

Memang benar kita semua butuh uang untuk bertahan hidup, butuh uang untuk beli ini itu, untuk sekolah anak-anak. Tapi apakah hati kita rela untuk membohongi publik terus menerus. Apakah hidup ini hanya untuk di dunia saja? Apakah kita tidak akan mati? Coba para jurnalist anda renungkan, profesi anda merupakan profesi yang mulia dalam membuka suatu fakta dan kenyataan, bukankah sekarang zaman reformasi kebebasan Pers, kenapa rekan-rekan jurnalist takut untuk berbicara yang sebenarnya? Apakah karena takut dipecat? Apakah takut akan diciduk dan dibunuh terus mayatnya dibuang. Tuhan masih ada dan Tuhan tidak pernah tidur, Tuhan juga akan melindungi hambanya jika hambanya tersebut berkata benar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun