Mohon tunggu...
Farid Wadjdi
Farid Wadjdi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bekerja di perusahaan kontraktor nasional, memiliki minat khusus di bidang arsitektur dan konstruksi, tapi juga ingin beceloteh dan curhat tentang apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Habibie, Mantan Presiden yang Tidak Neko-neko

7 Februari 2014   07:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 3522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebetulnya saya tidak menyaksikan langsung tayangan Mata Najwa di MetroTV yang menghadirkan sosok BJ Habibie pada tanggal 5 Februari 2014. Tapi untungnya ada rekaman videonya di youtube dalam versi lengkap. Dengan demikian saya bisa menyimak keseluruhan percakapan antara Najwa Shihab dan Pak Habibie secara utuh, termasuk komentar oleh pemirsa yang hadir di MetroTV. (untuk melihat videonya, silakan klik di sini)

Apa yang terlintas di pikiran saya setelah menyaksikan tayangan tersebut? Singkat saja, saya berkesimpulan bahwa Pak Habibie adalah mantan presiden yang tidak neko-neko (tidak macam-macam). Lho, kok begitu? Bukankah Pak Habibie adalah seseorang yang jenius? Bahkan kata Jaya Suprana, "Pak Habibie itu badannya kecil, tapi isinya otak semua. Sedangkan saya badannya gemuk, tapi isinya dengkul semua." Hahaha, itulah canda Jaya Suprana yang menggambarkan sosok Pak Habibie yang memang satu dari sedikit orang Indonesia yang jenius.

Kenapa saya bilang Pak Habibie tidak neko-neko? Ya, Menurut Anies Baswedan Pak Habibie adalah satu-satunya presiden di masa peralihan yang tidak memanfaatkan kekuasaannya untuk melanggengkan kekuasaannya. Beliau justru memberi jalan bagi upaya reformasi yang tengah diserukan di masa peralihan tersebut. Dan setelah Pak Habibie lengser, karena laporan pertanggung jawabannya ditolak, beliau dengan legowo mundur, tidak maju lagi untuk mencapreskan diri. Setelah itu beliau juga tidak lagi ngurusi masalah politik, termasuk keberadaannya sebagai tokoh di Partai Golkar. Selanjutnya, beliau fokus untuk masalah keluarga saja.

Tapi yang mengagumkan, nama Pak Habibie bukannya tenggelam, tapi justru semakin berkibar, dan dinilai sebagai seorang negarawan sejati. Pak Habibie, yang semasa memerintahkan banyak yang meremehkan, melecehkan, bahkan  memusuhi, kini berbalik mengagumi beliau. Tidak ada lagi suara sumbang terhadap beliau. Dan ini terlihat sekali pada acara Mata Najwa di atas. Pemirsa yang hadir adalah orang-orang top, baik kawan atau pun lawan beliau waktu itu. Tapi kini semua memberikan penilaian yang positif, bahkan seorang Budiman Sudjatmiko sekalipun. Dan puncaknya adalah ketika Pak Habibie diminta oleh Najwa Shihab untuk mengucapkan sumpahnya yang terkenal, maka seketika suasana menjadi senyap, larut dalam ungkapan bait-bait sumpah Pak Habibie yang berbentuk puisi. Dan setelah selesai pengucapan sumpah beliau, seketika itu pula para hadirin berdiri, menghampiri, bersalaman dan berpelukan. Dan tak sedikit pula yang menangis haru. Saya yang menyaksikan tayangan itu pun ikut terharu.

Bagaimana dengan Mantan Presiden setelah Pak Habibie?

Saat ini, mantan presiden setelah Pak Habibie adalah Gus Dur dan Ibu Megawati. Bagaimana kesan kita terhadap beliau berdua dibandingkan dengan Pak Habibie? Gus Dur dan Megawati adalah sosok pemimpin yang mempunyai pengikut fanatik, berbeda dengan Pak Habibie yang tidak mempunyai pengikut fanatik. Sebenarnya dari sisi ini Gus Dur dan Megawati memiliki kelebihan. Namun sayangnya, setelah lengser dari kepemimpinannya, Gus Dur dan Megawati masih sibuk mengurus politik. Beliau berdua seperti tidak rela meninggalkan dunia politik. Entah apa yang dipikirkannya. Apakah karena dilatar belakangi oleh sebuah tanggung jawab, ataukah justru karena ambisi politik? Saya tidak berani menilainya.

Kini Pak SBY akan segera lengser dari kepemimpinannya, karena sudah dua kali menjabat. Pak SBY terpilih dua kali dalam pemilihan presiden 2004 dan 2009. Dari sisi ini, sebetulnya Pak SBY memiliki kelebihan ketimbang Pak Habibie yang hanya memerintah selama 517 hari. Tapi tampaknya Pak SBY juga seperti tidak rela meninggalkan dunia politik. Ini ditunjukkan dengan perkembangan terakhir di Partai Demokrat, di mana beliau menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina sekaligus Ketua Umum. Kira-kira bagaimanakah Pak SBY nanti setelah tidak menjabat sebagai presiden. Apakah masih terus mengurusi Partai Demokrat? Ataukah akan mengikuti jejak Pak Habibie?

Saya harapkan beliau akan mengikuti jejak Pak Habibie. Tapi tampaknya, Pak SBY punya punya beban-beban yang harus dituntaskan. Entah itu karena tanggung jawabnya sebagai sesepuh Partai Demokrat, ataukah karena tujuan untuk melindungi kepentingannya pasca "lengser keprabon". Saya tidak tahu, mana yang akan ditempuh oleh Pak SBY.

Saya hanya akan mengingatkan, jadi presiden itu hendaknya bekerja keras semasa memimpin, dan tidak lagi ikut campur masalah politik setelah tidak menjabat lagi. Tidak usah neko-neko ..........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun