[caption id="attachment_274635" align="aligncenter" width="500" caption="Foto Ustad Fadlan Garamatan (Sumber https://twitter.com/fadlannuuwaar)"][/caption] Di awal Ramadhan ini, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Komisariat Tokyo Institute of  Technology (TITech) mendatangkan da'i dari Indonesia untuk selama beberapa hari memberikan tausiah dalam pengajian PPI kultum menjelang buka puasa dan taraweh di mushola  TITECH. Saya baru sempat mengikuti tausiah Ustad Fadlan kemarin pas sholat Jumat di mushola TITECH dan dilanjutkan pengajian menjelang magrib, sebelum berbuka puasa. Terus terang saya belum pernah mendengar nama Ustad Fadlan sebelumnya, tapi setelah mendengar ceramahnya kemarin saya jadi tertarik untuk mencari informasi lebih mengenai beliau. Sebagai seorang da`i di daerah yang relatif masih ketinggalan dibandingkan daerah lain di Indonesia, kisah dakwah Ustad Fadlan sangat menarik dan menginspirasi. Saat ini banyak suku-suku di Papua sudah mengenal Islam dan akhirnya meninggalkan budaya "primitif" mereka setelah mengenal Islam. Sangat menarik mendengar cerita Ustad Fadlan yang mengalami banyak tantanganketika mendekati para suku-suku dan kabilah-kabilah di Papua. Tapi itu tidak menyurutkan niatnya untuk tetap menyebarkan ajaran Islam di Papua. Pernah kena tombak dan panah beracun oleh suku-suku pedalaman Papua, tapi diujungnya berbuah manis, karena yang awalnya memusuhinya, menurut Pak Ustad karena belum kenal, akhirnya ketua suku dan pengikut-pengikutnya banyak yang menerima ajaranIslam lalu mengucapkan kalimat syahadat. Motivasi Ustad Fadlan menjadi da'i di Papua karena tergerak melihat keadaan suku-suku di sana yang masih bisa dibilang primitif,tidak berpakaian, sangat jarang mandi dan kalau pun mandi tidak menggunakan sabun. Ini lah yang pertama kali menjadi jalan masuk Ustad Fadlan untuk mendekati para suku-suku tersebut. Diajarkan hal-hal mengenai kebersihan, diajakan cara mandi yang baik dan juga diajarkan cara memuat sabun dari bahan baku yang tesedia di sana. Lalu perlahan-lahan mereka mulai merasakan manfaat cara hidup yang bersih dan pada akhirnya juga ikut memeluk Islam. Latar belakang pendidikanUstad Fadlan yang asli Fak-Fak bukan pendidikan tarbiyah atau syariah dan bukan juga dari pesantren. Beliau adalah Master Ekonomi lulusan S1 dan S2 dari Fakultas Ekonomi Unhas. Tapi semangat dakwah beliau tidak kalah dibandingkan dengan ustad jebolan pesantren dan fakultas Dirosah PT. Apalagi alau dibandingkan dengan ustad selebriti yang tipa hari ceramah di TV,menceramahi orang yang notabene sudah beragama Islam, tentunya tantangan menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat yang masih menganut kepercayaan nenek moyang akan lebih berat, baik secara fisik mau pun mental. Papua memang merupakan daerah yang sangat potensial untuk menyebarkan ajaran Islam, karena kebanyakan penduduknya masih menganut kepercayaan nenek moyang turun temurun. Saya ingat kisah tentang penjual sepatu yang ditempatkan di daerah yang semua penduduknya tidak bersepatu atau tidak mengenal budaya bersepatu. Penjual sepatu yang satu pesimis, menurutnya di daerah ini sepatu tidak akan laku karena budaya orang di daerah ini tidak mengenal sepatudan pasti tidak butuh sepatu. Sementara seorang penjual sepatu yang lain melihat dengan optimis, bahwa justru ini daerah potensial, karena belum ada yang bersepatu, semua bisa menjadi calon pemakai septu yang potensial, asal bisa diberikan pengertian tentang manfaat sepatu danmerubah mindset mereka dari budaya lama ke budaya baru yang tentunya lebih positif. Begitu pula yang dilakukan oleh Ustad Fadlan, merubah budaya lama penduduk Papua dengan budaya baru yang lebih manusiawi. Untuk informsi lebih banyak tentang Ustad Fadlan, bisa baca di sini http://www.syahidah.web.id/2012/06/mari-kita-kenalan-dengan-ustadz-fadzlan.html http://www.cintaquran.com/ust-fadlan-garamatan-inspirasi-quran-dari-bumi-papua https://id-id.facebook.com/note.php?note_id=479074221041&id=301729376267 http://www.youtube.com/watch?v=vvvdcSXFq6E https://twitter.com/fadlannuuwaar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H