Beberapa waktu yang lalu sempat ada istilah negara autopilot untuk Indonesia, terkesan tidak ada pemimpin sebagai pilot yang bisa mengarahkan dan membawa negara ini ke arah yang benar , on the right track. Tapi melihat kondisi sebenarnya dan membandingkan dengan istilah autopilot dalam dunia penerbangan, mungkin kondisi negara kita lebih pantas dibandingkan dengan pesawat Lion Air yang diterbangkan oleh pilot yang sedang ekstasi akibta pengaruh shabu-shabu. Dalam dunia penerbangan dan teknologi pesawat udara, teknologi autopilot justru dibutuhkan dan memang dirancang untuk membantu agar pekerjaan pilot menjadi berkurang. Tugas-tugas yang bisa dibantu oleh komputer akan diserahkan kepada komputer, pilot hanya bekerja dalam area yang membutuhkan sensitivitas dan pengmabilan keputusan yang masih sangat kabur/samar (fuzzy) untuk bisa diputuskan oleh program komputer, walau pun saat ini fuzzy logic juga sudah mulai diterapkan dalam beberapa teknologi yang bisa mengurangi pekerjaan manusia sebagai pengambil keputusan (misalkan dalam Air Conditioner  atau Mesin Cuci yang menggunakan teknologi fuzzy logic dan artificial intelegence). Untuk teknologi pesawat terbang, khususnya dalam kondisi terbang jelajah (cruise), pesawat sering diubah ke dalam autopilot mode, dan pilot menjadi pasif. Khusus untuk penerbangan jarak jauh dengan pesawata-pesawat canggih, untuk rute-rute tertentu bahkan sudah ada paket auto program nya, sehingga ketika pesawat akan terbang dari kota A ke kota B, pilot tinggal memilih disket/CD yang berisi program rute penerbangan dari A ke B. Pesawat akan menyesuaikan dengan program tersebut, terutama dalam kondisi terbang jelajah dan kondisi cuaca normal, maka pilot akan lebih banyak pasif. Untuk kondisi fase terbang  take off dan landing, saat ini memang sangat susah menggunakan mode terbang autopilot, sehingga peranan pilot sangat dibutuhkan dalam. Tapi teknologi ini masih terus dikembangkan, bisa jadi nanti kalau sudah bisa diaplikasikan, maka setiap pesawat penumpang tidak membutuhkan pilot, seperti pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle, UAV). Kembali ke masalah negara autopilot, selama sistem sudah berjalan sesuai dengan aturan dan ada kepastian hukum, seperti di negara-negara yang lebih maju, di mana masalah politik dan hukum bisa diselesaikan menggunakan aturan yang berlaku, tidak mengangkangi aturan dan hukum yang sudah dibuat, maka bisa dikatakan negeri itu sudah semi autopilot. Gonjang ganjing politik dan hukum tidak terlalu mempengaruhi ekonomi, negara tetap berjalan normal tanpa kerusuhan, seperti contohnya di Jepang yang sering kali terjadi pergantian Perdana Menteri (baca pilot), dan arah dan tujuan negara masih on the right track serta tindakan yang diambil oleh pengambil keputusan tidak membuat negara (baca pesawat) akan mengalami kondisi kehilangan daya angkat ( stall ) dan bisa jatuh atau harus melakukan crashlanding. Apa yang lebih parah dari kondisi autopilot?. Yang lebih berbahaya adalah kondisi di-piloti oleh pilot yang sedang terpengaruh oleh shabu-shabu seperti yang dialami oleh Lion Air. Dengan kondisi autopilot, selama kondisi terbang dan cuaca baik, tidak diperlukan intervensi pilot, dan peswata akan terbang dengan normal. Tapi kondisi pilot yang sedang nyabu, bisa membawa kondisi autopilot yang sudah benar jadi melenceng dari program komputer karena yang sebenarnya tidak perlu diintervensi, tapi karena si pilot sedang mengalami ekstasi, arah dan tujuan pesawat (baca negara) yang sudah diprogram dan dibuat oleh para pendiri negara (Founding Fathers) diubah sesuai kepentingan pilot yang sedang berada dalam pengaruh shabu-shabu atau kepentingan pribadi dan kelompoknya. Lihatlah gonjang ganjing politik di kalangan elit dan pemimpin saat ini, baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif, lihatlah bagaimana debat kusir diantara para anggota DPR dan Pemerintah, yang suka mengangkangi logika dan akal sehat serta suka berbohong untuk membela diri, bukankah itu seperti pilot yang sedang dibawah pengaruh shabu-shabu. Kondisi seperti ini lebih berbahaya dari kondisi terbang autopilot. Penumpang (rakyat ) wajib cemas seperti cemasnya penumpang Lion Air yang diawaki  oleh pilot yang sedang"sakau dan tripping".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H