Ketika baru tiba di Jepang, saya agak heran bila melihat setiap pengendara mobil dan motor, juga sepeda selalu berhenti sejenak di depan pintu perlintasan kereta api, tengok kanan kiri sebelum melanjutkan perjalanan melintas rel kereta. Yang pertama terlintas di benak saya mengapa orang Jepang tidak percaya dengan sistem pintu perlintasan kereta otomatis yang selalu bekerja baik, tidak pernah mengirimkan false signal, misalkan palang pintu, lampu dan alarm tidak berfungsi ketika ada kereta yang akan lewat, atau sebaliknya palang pintu, lampu dan alarm berungis pada saat tidak ada kereta yang akan lewat. Sangat kontras dengan yang biasa saya lihat di Indonesia, sering sekali saya menyaksikan di pintu perlintasan kereta api yang sudah berbunyi dan palang pintu sedang bergerak turun, banyak pengemudi kendaraan malah tetap menerobos. Kesannya orang Indonesia lebih menghargai waktu bahkan sampai-sampai harus menerobos pintu kereta api, tapi justru terkenal dengan budaya jam karet. Orang Jepang yan terkenal dengan disiplin dan budaya tepat waktu malah masih bisa bersabar menghentikan kendaraan sejenak bahkan ketika tidak di pintu perlintasan kereta jelas sekali tidak ada kereta yang akan lewat.Kecelakaan kereta yang terjadi hari Senin kemarin di Bintaro disebabkan karena mobil tanki BBM menerobos rel kereta api. Sebenarnya rambu-rambu lalu lintas di Jepang tidak berebda dengan di Indonesia, ahkan aturan lalu lintasnya juga relatif sama, misalkan bagaimana prioritas di persimpangan jalan, kendaraan mana yang didahulukan, atau ketika ada pertemuan antara jalan protokol dan jalan kecil, kendaraan dari mana yang harus menunggu dan mana yang harus didahulukan. Bahkan di dekat pintu perlintasan kereta api di Indonesia juga ada tanda peringatan untuk memperlambat kendaraan. Yang membedakan hanyalah sikap terhadap aturan dan rambu-rambu. Di Jepang rambu-rambu lalu lntas bukan hanya dianggap sebagai pajangan, tapi benar-benar dipatuhi. Misalkan rambu tomare tersebut, bukan hanya di pnti perlintasan kereta api, tapi di jalan-jalan desa dan jalan kompleks,terutama di setiap persimpangan, aturan tomare itu benar-benar dipatuhi, bahkan dalam keadaan sepi kendaraan. Di setiap persimpangan, kendaraan yang berada di jalur yang ada tulisan tomare pasti akan berhenti sejenak untuk menghindari bertabrakan dengan kendaraan dari arahyang besilangan.Selain
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H