Mohon tunggu...
Farid Mardin
Farid Mardin Mohon Tunggu... -

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perbedaan Sapi Australia dan Tenaga Kerja Indonesia

20 Juni 2011   08:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:20 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 30 Mei 2011 yang lalu, stasiun TV Australia ABC menayangkan kekerasan yang dialami oleh sapi-sapi yang akan disembelih di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Indonesia. Sapi-sapi yang di-import dari Australia itu ternyata diperlakukan kasar dan tidak sesuai "perikebinatanagan". Karena perlakuan yang semena-mena kepada sapi-sapi mereka,akhirnya pemerintah Australia menghentikan ekspor sapi ke Indonesia selama 6 bulan, walau pun konsekuensinya mereka kehilangan pendapatan ekspor sapi khususnya ekspor sapi ke Indonesia. Ketika banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI)  di Luar Negeri sering diperlakukan semena-mena dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), Pemerintah Indonesia tidak berani mengambil keputusan untuk menghentikan pengiriman TKI ke Luar Negeri (LN), karena TKI merupakan salah satu sumber devisa negara, bahkan sering diberi gelar pahlawan devisa. Kasus Ruyati bukan kasus pertama dan masih banyak kasus-kasus lain, bahkan juga sering terjadi TKI yang menjadi korban pembunuhan dan kekerasan oleh majikan mereka di LN. Sapi-sapi Australia yang dikirim ke RPH di Indonesia lebih mendapatkan perlindungan dari pemerintah Australia, padahal kalau dipikir-pikir sapi-sapi itu kan sudah dibeli dan menjadi milik importir di Indonesia dan memang dibeli dari Australia untuk disembelih di Indonesia, tapi Pemerintah Australia  masih ikut perduli dengan nasib sapi-sapi itu sebelum disembelih. Sedangkan TKI yang dikirim ke LN tidak mendapatkan perlindungan yang selayaknya dari Pemerintah RI, padahal mereka masih berstatus WNI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun