Mohon tunggu...
Farid Mardin
Farid Mardin Mohon Tunggu... -

.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Mevrouw RA. Ariani Endang Prio Van De Cock

13 Juni 2009   09:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:04 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

[caption id="attachment_115289" align="alignleft" width="272" caption="http://www.minibottlelibrary.com/mbl/alpha/klm/"][/caption]

Kurang lebih seminggu lalu ada tulisan dari penulis baru di Kompasiana. Judul tulisannya adalah RS OMNI Boleh Nuntut Sesuai UU. Walau pun baru sekali menulis di Kompasiana, ternyata tulisannya bisa langsung menarik perhatian pembaca Kompasiana karena di tengah banyaknya tulisan yang membela Prita Mulyasari, tulisan ini justru berpihak kepada RS OMNI.

Ketika membaca tulisan tersebut dan membaca komentar-komentar yang masuk, saya sudah curiga bahwa tulisan ini dibuat dengan maksud memancing komentar-komentar yang kontra terhadap isi tulisan. Dan benar saja, banyak komentar-komentar yang masuk yang menyerang penulis artikel tersebut. Ketika membaca balasan komentar dari sang penulis dengan kalimat-kalimat "nyeleneh", sombong, arogan, melecehkan, dan kadang sarkastik, yang membuat para komentator semakin marah dan naik pitam, saya ikut tertawa dan menjadi semakin yakin bahwa penulis artikel ini memang sengaja membuat sensasi dengan tulisannya. Dan ternyata dia berhasil, bahkan tulisan ini sempat menjadi thread di KASKUS sehingga menarik para "Kaskuser" untuk membaca dan berkomentar di tulisan ini.

Bahasa para komentator di tulisan tersebut setidaknya mencerminkan bagaimana sifat sebagian masyarakat kita, yang tidak terbiasa menyanggah dan berargumentasi dengan bahasa yang sopan, objektif, dengan nalar yang baik. Komentar-komentar yang muncul kebanyakan berupa caci maki, sumpah serapah, umpatan, hinaan, apalagi ketika sang penulis semakin memancing kemarahan para komentator dengan balasan komentar yang "ngawur". Akhirnya di akhir komentar, penulis "membuka kartu", bahwa dia sengaja membuat tulisan dan komentar yang kontroversial dan sensasional. Dan kecele lah para komentator yang terpancing emosinya sampai ke ubun-ubun.

Apakah komentator-komentator emosional hanya ada dalam postingan yang ditulis oleh orang yang mengaku bernama Ny. RA Ariani Endang Prio Van De Cock itu?. Ternyata tidak. Di tulisan-tulisan lain, terutama tulisan yang mengangkat topik persaingan CAPRES/CAWAPRES, juga banyak kita temui komentator-komentator emosional. Bukan memberikan jawaban dan opini objektif untuk membantah opini penulis yang mereka anggap pro ke CAPRES tertentu, tapi hanya memaki, memfitnah, menghujat, mengatakan penulisnya "sakit jiwa", orang bayaran, sedang bermimpi, dll. Terkadang bukan hanya menghujat penulis, tapi juga menghujat dan menghina CAPRES yang kebetulan didukung oleh si penulis.

Bahkan beberapa penulis yang selama ini bersikap netral juga mendapat komentar yang berupa cacian, makian, dan fitnah bahwa mereka telah dibayar oleh CAPRES tertentu untuk menjadi tim kampanye. Hal ini karena kebetulan sang penulis sedang menulis kelebihan dari salah satu CAPRES. Padahal dalam tulisan-tulisan lainnya, sang penulis yang sama juga pernah menulis kelebihan-kelebihan dua CAPRES yang lain.

Semoga di rumah sehat kompasiana ini kita bisa belajar beradu argumen dengan lebih dewasa, menggunakan logika sehat, dan dengan cara-cara yang lebih sopan sebagaimana orang yang berpendidikan, bukan dengan fanatisme buta, sumpah serapah, fitnah, caci maki, dan hujatan. Hujatan kita kepada pihak lawan bukan akan menambah peluang kekalahan pihak yang dihujat. Yang pasyi hanya akan menambah dosa kita sendiri. Apalagi bila yang kita hujat dan fitnah itu ternyata memiliki sifat lebih baik dari kita yang menghujat.

Bagi yang belum sempat membaca tulisan Mevrouw RA Ariani Endang Van De Cock, coba buka link ini.

http://umum.kompasiana.com/2009/06/07/rs-omni-boleh-nuntut-sesuai-uu/

Semoga Anda semua bisa tertawa dan terhibur ketika membaca tulisan tersebut dan komentar-komentar yang ada, seperti halnya saya yang tertawa terpingkal-pingkal membaca kalimat :

"Kalau hati boleh panas kepala harus dingin jikalau kurang dingin tempelkan es batu dari kulkas ke jidat"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun