Banyak taman bacaan dan aktivitas gerakan literasi seakan "hidup enggan mati tak mau". Akibat taman bacaan dianggap kegiatan sosial. Sehingga dijalani tidak dengan sepenuh hati. Tanpa komitmen dan kurang konsisten. Seperti jalan di tempat, begitulah taman bacaan dan aktivitas literasi di Indonesia.
Jujur saja, melihat dampaknya di era digital dan media sosial. Taman bacaan dan gerakan literasi harusnya jadi kata kunci. Terlalu miris melihat kebobrokan yang ada di tengah masyarakat. Mulai dari tingginya kejahatan, perilaku buruk, hingga gaya hidup yang berlebihan, Semuanya berawal dari rendahnya tingkat literasi masyarakat. Seolah-olah paham di ketidak-pahaman. Akhirnya, peradaban baik makin tersingkir sementara pendidikan semakin tinggi. Ada yag salah dengan gerakan literasi.
Karena itu, taman bacaan dan gerakan literasi sudah sepatutnya direvitalisasi. Harus ada cara pandang baru tentang taman bacaan dan gerakan literasi. Cara dan proses yang dijalankan perlu dievaluasi. Untuk mengubah taman bacaan dan gerakan literasi dari yang kurang berdaya menjadi lebih berdaya dan berdampak signifikan. Menjadikan taman bacaan dan literasi sebagai aktivitas yang asyik dan menyenangkan. Karena selama ini, bisa jadi taman bacaan dan literasi tidak asyik dan tidak menyenagkan.
Spirit itulah yang harus diterapkan di taman bacaan. Taman bacaan bukan sekadar sediakan sekses bacaan tapi menjadi sentra bermain anak-anak di tengah gempura era digital. Gerakan literasi tidak cukup hanya konsep tapi harus dibarengi dengan aksi nyata. Mulai dari pemberantasan buta aksara, pemberdayaan ekonomi dan koperasi simpan pinjam, bahkan sentra aktivitas masyarakat. Seperti yang dilakukan di TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor. Taman bacaan yang kini mengelola 15 program literasi, mulai dari taman bacaan, motor baca keliling, koperasi simpan pinjam, ramah difabel, yatim dan jompo binaan, rajin menabung, literasi digital, literasi finansial, hingga donasi buku. Tidak kurang 200 orang setiap Minggu dilayani di taman bacaan Lentera Pustaka yang beroperasi 6 hari dalam seminggu.
Orang-orang pintar percaya. Revitalisasi adalah cara penting untuk maju dan berdampak besar. Agar taman bacaan dan gerakan literasi mampu menjadi "agen perubahan" di masyarakat, sekaligus menjadi ruang pembelajaran secara sosial. Taman bacaan bukan hanya "tempat baca" apalagi gudang buku. Tapi lebih dari itu, harusnya mampu menjadi tempat untuk memperbaiki diri secara kolektif, individu dan masyarakat. Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H