Banyak orang bercerita di media sosial. Saat dia sering berbuat kebaikan lantas kecewa. Karena kebaikan yang ditebarkannya tidak berbalas dengan semestinya. Bunyi statusnya "bak air susu dibalas air tuba". Pikirnya, kebaikan yang diperbuatnya harus "berbuah" kebaikan" pula. Apa iya begitu?
Mungkin, siapapun perlu mengecek kembali. Tentang niat dalam berbuat kebaikan. Untuk apa dan atas tujuan apa berbuat baik? Untuk mendapat ganjaran pahala atau pujian manusia. Perilaku baik untuk memperbaiki diri atau untuk mendapat balasan dari orang lain? Sungguh, renungan yang patut dilakukan saat siapapun berbuat baik. Kapanpun dan di mana pun.
Terkadang dalam hidup, siapapun dapat belajar tentang dua hal. Ada hal yang selalu diingat siapapun, yaitu 1) ingat kebaikan orang lain kepada kita dan 2) ingat keburukan kita kepada orang lain. Sementara ada pula yang harus dilupakan dalam hidup, yaitu 1) lupakan kbaikan kita kepada orang lain dan 2) lupakan keburukan orang lain kepada kita. Memang sulit bersikap seperti itu. Tapi bila mampu dilakukan, maka hidup akan terasa plong tanpa beban apapun. Karena percayalah, apapun yang kita kerjakan pasti diperhitungkan Allah SWT.
Patut disadari, hidup itu tidak selalu berjalan mulus. Ada yang baik ada yang jahat, sangat lazim terjadi. Setiap ada orang yang berbuat baik kepada kita, pasti di balik itu akan ada pula orang yang berbuat buruk kepada kita. Baik-buruk memang silih berganti. Maka prinsipnya, teruslah berbuat baik dan jangan pernah membalas saat ada orang yang berbuat buruk kepada kita. Karena faktanya, tidak akan pernah ada kenyamanan dalam hidup bila dirasuki rasa benci, iri, dendam, apalagi berharap kepada orang lain. Serahkan semuanya kepada Allah SWT. Biarlah Allah SWT yang membalas tiap kebaikan dan keburukan yang dilajukan siapapun.Â
Belajar melupakan kebaikan itulah yang saya pelajari dari Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Tiap akhir pekan saya berada di taman bacaan, hanya untuk menebar kebaikan dan manfaat kepada orang lain. Tanpa peduli perlakuan mereka kepada saya. Taman bacaan sebagai ladang amal dan tempat untuk menggapai ridho-Nya.Â
Apapun kondisinya, apapun tantangannya. Mulai dari menyediakan tempat membaca, ,membimbing dan memotivasi anak-anak yang membaca, membimbing kelas prasekolah, membina anak-anak yatim dan kaum jompo, bermain bersama anak-anak difabel, mengelola koperasi simpan pinjam kaum ibu, hingga menjadi driver motor baca keliling. Apapun kondisinya, cukup dilakukan saja. Asl baik dan manfaat tanpa peduli apa kata orang lain.
Taman bacaan bukan hanya tempat membaca. Tapi lebih dari itu, selalu mampu mengajarkan orang-orang yang ada di dalamnya. Untuk selalu melupakan kebaikan yang telah diperbuat. Untuk menggapai ridho Allah SWT. Seperti kata Syaikh as-Sa'di r.a., "Lupakan kebaikanmu di sisi manusia dan jangan engkau berharap balasan melainkan semata ganjaran pahala dari Allah ta'ala" (Taisirul Kariim ar-Rahman).
Karena sejatinya, kebaikan satu-satunya adalah pengetahuan dan kejahatan satu-satunya adalah kebodohan. Salam literasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #PegiatLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H