Mohon tunggu...
Farid Elsyarif
Farid Elsyarif Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa yang gemar menulis sebagai ekspresi positif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Berantas Buta Aksara Kaum Ibu di Era Digital

15 Februari 2023   06:13 Diperbarui: 15 Februari 2023   06:23 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Salah satu aktivitas yang dijalankan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor adalah memberantas buta aksara. Namanya Gerakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA), seminggu 2 kali, sekitar 9 kaum ibu belajar baca-tulis. Agar terbebas dari belenggu buta aksara. Apalagi di era yang katanya digital, kok masih ada saudara kita yang masih buta huruf?

Memberantas buta aksara yang masih ada di masyarakat. Memang perbuatan sederhana. Tapi sangat membutuhkan komitmen dan konsistensi. Untuk memgajarkan agar kaum ibu bisa membaca dan menulis walaupun terbatas-bata. Untuk membangun seutas harapan, bahwa masih ada orang-orang yang peduli terhadap kaum buta huruf.  Agar terbebas dari belenggu buat aksara yang menghantui mereka.

Sudah 4 tahun ini berjalan gerakan berantas buta aksara di kaki Gunung Salak Bogor.  Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka bersama 17 wali baca dan relawan taman bacaan bahu-membahu untuk mengajar kaum buta aksara hingga kini. 

Spiritnya, hanya untuk menekan kaum buta aksara di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor. Selalu menjadikan kegiatan belajar baca-tulis sebagai kegiatan yang asyik dan menyenangkan. Maklum di kalangan ibu-ibu, belajar baca-tulis tidak lagi prioritas. Terlalu banyak kendala dan tantangannya.

Selain menjadi bagian kepedulian sosial, gerakan berantas buta aksara juga menjadi ladang amal bagi banyak orang. Baik ibu-ibu yang belajar maupun yang mengajar. Sebisa dan semampu yang dilakukan dalam menebar kebaikan. Karena apapun, lebih baik memberi daripada meminta. Sekalipun hanya mengajarkan baca-tulis kaum buta aksara.

Sementara di luar sana, masih banyak orang yang sibuk dengan dirinya sendiri. Bahkan lebih gemar menyalahkan orang lain. Membenci, mencaci, dan menghujat tanpa aksi nyata untuk memperbaiki keadaan. Apalagi akibat urusan politik, semuanya bisa disalahkan,. Hanya karena membela idolanya. Teriak-teriak semaunya salah, padahal sedang berjuang untuk "menuhankan" idolanya. Sama Sekali tidak fair, bahkan licik. Lupa bahwa "bila tidak sama, kenapa tidak boleh beda?"

 

Melalui aktivitas berantas buat aksara, siapapun diingatk. Untuk lebih peduli pada persoalan sosial yang ada di dekatnya. Agar mampu mengubah niat baik jadi aksi nyata. Sekalipun hanya mengajar kaum buta aksara. Agar mampu melek huruf dan bisa membaca-menulis. Agar sang ibu lebih dihargai oleh anak-anaknya. Jangan biarkan masih ada kaum buta aksara di dekat kita.

Jadilah relawan dalam memberantas buta aksara, di manapun. Salam literasi #BerantasButaAksara #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun