Dmytro Gurin berbicara segera setelah Ukraina menolak batas akhir waktu Rusia yang menuntut para pembela Mariupol melakukan gencatan senjata sebagai imbalan untuk perjalanan yang aman ke luar kota. Mariupol adalah target strategis paling utama bagi militer Rusia. Sekitar 300.000 orang diyakini terjebak di sana dengan persediaan yang hampir habis dan bantuan dari luar diblokir agar tidak bisa masuk. Warga Ukraina telah mengalami pengeboman Rusia selama berminggu-minggu tanpa listrik dan air yang mengalir. Gurin mengatakan tidak ada pertanyaan dan tanggapan tentang penyerahan Mariupol. Rusia memblokade agar bantuan kemanusiaan tidak dapat memasuki kota dan sudah jelas bahwa tujuan Rusia adalah untuk membuat warga ukraina kelaparan di kota supaya mereka memilih jalan diplomatik dan menyerah.
Jika saja kota Mariupol tidak menyerah juga maka mereka tidak akan membiarkan seorangpun keluar. Mereka juga tidak akan membiarkan bantuan kemanusiaan masuk ke kota Mariupol." Di bawah proposal, yang Ukraina miliki hingga pukul 05:00 waktu Moskow (02:00 GMT), pasukan Rusia akan membuka jalur keamanan dari Mariupol mulai dari pukul 10:00 waktu Moskow, awalnya untuk melucuti pasukan Ukraina dan "tentara bayaran asing" agar meninggalkan kota. Setelah dua jam, pasukan Rusia mengatakan mereka akan mengizinkan konvoi kemanusiaan dengan makanan, obat-obatan, dan juga persediaan lainnya untuk memasuki kota dengan aman, setelah proses pembersihan ranjau jalan selesai. Tetapi tenggat waktu datang dan pergi. Jika Rusia merebut Mariupol, itu akan membantunya menciptakan jalur darat antara wilayah timur Donetsk dan Luhansk, yang dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia dan Krimea, yang dianeksasi oleh Rusia di tahun 2014. Namun sejauh ini, para tentara pembela Mariupol masih berdiri teguh.
Ada kekhawatiran yang meningkat dengan situasi kemanusiaan, dengan Yaroslav Zhelezniak, seorang anggota parlemen Ukraina dari Mariupol, menyebutnya sebuah neraka di Bumi. Penduduk Ukraina menghabiskan sebagian besar waktu mereka di tempat penampungan dan ruang bawah tanah saat Rusia melanjutkan serangan tanpa hentinya di kota itu, dari darat, udara maupun laut, kata para pejabat. Gambar menunjukkan sebuah kota dengan banyak reruntuhan dan seluruh lingkungan yang hancur. Walikota, Vadym Boychenko, memperkirakan bahwa sekitar lebih dari 80% bangunan tempat tinggal telah rusak atau hancur, sepertiga di antaranya sudah tidak dapat diperbaiki. Mayat-mayat ditinggalkan di jalanan begitu saja karena terlalu berbahaya untuk dievakuasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H