Mohon tunggu...
Farid Sudrajat
Farid Sudrajat Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar kehidupan

pembelajar kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perawat: Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe

17 Maret 2017   12:04 Diperbarui: 17 Maret 2017   20:19 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
courtesy : dr. Asdiana Ritonga

(Persembahan Hari Perawat – PPNI Ke 43, 17 Maret 2017)

Hiruk pikuk berita pilkada DKI dan bersamaan dengan berita kunjungan Raja Petro dollar Saudi, Salman Ibnu Saud, dengan jumlah pengantar yang mencengangkan, yaitu lebih dari 1000 pengiring, menghabiskan masa liburan  di Pulau Dewata, Bali, telah banyak memenuhi halaman berita media baik cetak maupun elektronik. Dalam waktu yang bersamaan pula, tanpa banyak media mengetahui, tengah berlangsung Selama seminggu terakhir ini, tepatnya sejak 06 maret 2017 hingga direncanakan nanti sampai 23 maret 2017, kementrian kesehatan memiliki hajat akbar dalam rangka menyambut hari TB sedunia yang jatuh pada tanggal 24 maret 2017 yang akan datang.

Menyadari tantangan TB masih berat, dimana saat ini Indonesia menempati posisi kedua terbanyak di dunia dalam hal beban dan jumlah penderita TB (WHO 2015), tentu  bukan suatu prestasi yang membanggakan pastinya. Maka pada momentum hari TB sedunia 2017, kemenkes menginisiasi kegiatan bertajuk “Mengetuk 100.000 pintu untuk menemukan kasus TB” yang dilaksanakan oleh kader di masyarakat.

Menurut petunjuk teknis pelaksanaan ketuk pintu dalam rangka hari TB sedunia,  kegiatan ini berupa  kunjungan rumah yang dilakukan oleh kader TB terlatih untuk memberikan informasi mengenai TB sekaligus melakukan skrining/penapisan gejala TB pada semua anggota keluarga yang ditemui saat itu,  untuk kemudian merujuknya jika ditemui gejala TB ke puskesmas setempat.

Beruntungnya puskesmas, sebagai ujung tombat kegiatan ini, memiliki berbagai jaringan di lapangan, ada posyandu, ada pos bindu, lintas sector dengan PKK, kantor lurah dan tokoh masyarakat. Semua unsur  bahu membahu demi suksesnya kegiatan tersebut.

Para kader kesehatan, kami menyebutnya pejuang TB, dengan sigap turun ke lapangan. Kejadian yang tak mengenakan menghadapi masyarakat bukan hal aneh bagi mereka. Bagi yang belum mengenal mereka, kadang saat para kader datang untuk menginformasikan perihal tb,  mereka dianggap sebagai peminta sumbangan yang biasa muncul. Di kesempatan lain, saat mereka datang berkunjung, bukan manusia yang menyambut, malah hewan peliharaan yang menyambut. Belum lagi sikap para masyarakat yang kadang meremehkan para kader, Kesemuanya itu tidak menyurutkan mereka. Dan yang perlu dicatat, mereka hanya diberikan honor sekadar untuk melepas dahaga. Malah kadang mereka tidak diberikan honor. Memang mereka menyadari kegiatan tersebut dan kegiatan sejenisnya adalah pekerjaan social dan untuk itu mereka cukup merasakan kepuasan batin, karena bisa memberikan manfaat. Dan ingat, jumlah mereka di Indonesia sangat banyak, mungkin jutaan, melakukan pekerjaan yang sama.

Tetapi…tahukan anda, siapa motor di balik aksi kemanusiaan kolosal tersebut ? ya perawat.

Merekalah motor sekaligus pelaksana dibalik kegiatan tersebut. Merekalah, para perawat, yang memandu, membimbing dan mendampingi para kader dalam melaksanakan tugasnya di masyarakat menyampaikan informasi TB, menjaring terduga sakit TB untuk selanjutnya dilaporkan kepada puskesmas setempat.

Merekalah, para perawat, yang menyiapkan kelengkapan logistic kegiatan hingga menyiapkan laporan akhir kegiatan setiap harinya.

Dan yang mengharukan, sahabat-sahabat perawat, seperti yang terjadi ke puskesmas kecamatan kebon jeruk, yang umumnya para pelaksana program TB di masing-masing puskesmasnya harus membuat dan menyiapkan puluhan bahkan ratusan botol berisi dahak orang-orang yang diduga sakit TB untuk dipindahkan ke media objek gelas kaca (slide). Ya dahak, cairan kental, kuning kehijauan bagi sebagian besar kita adalah sesuatu yang menjijikan. Mereka dengan sabar dan telaten mengolah dahak tersebut, mempola, dan menyajikannya di kaca slide agar dapat dibaca oleh petugas laboratorium. Dari hasil pembacaan itulah akan diketahui status seseorang apakah mengandung kuman tb atau tidak. Untuk itu, terkadang mereka harus pulang lebih akhir.

Dengan demikian, diharapkan, melalui kegiatan ketuk pintu ini dapat menemukan kasus TB lebih dini secara aktif, selanjutnya akan mencegah penularan penyakit TB di masyarakaat dan pada akhirnya menurunkan tingkat kematian karena penyakit TB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun