Mohon tunggu...
Ibnu Farid
Ibnu Farid Mohon Tunggu... Sales - Bekerja keras suatu hal wajib untuk mewujudkan cita cita

Ibnu Farid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Tradisi Intelektual Islam

31 Agustus 2021   23:26 Diperbarui: 31 Agustus 2021   23:47 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Membangun Tradisi Intelektual Islam"
.
Bukan cerita baru lagi, kematian Socrates sang filsuf dunia, karena meminum racun yang ada di hadapannya, adalah bukti keyakinan atas kebenaran realitas (Hassan, 1973). Dia memilih mati karena mempertahankan kebenaran yang ia yakini, luar biasa prinsip dan asas yang dijadikan pedoman olehnya.
.
Ternyata perjalanan hidup setiap manusia secara alami membentuk worldview dengan natural. Worldview yang dimaksud adalah pandangan hidup setiap orang, yang berangkat dari pengalaman, rasionalitas, realitas serta dalil-dalil yang dipercayai, sehingga membentuk sebuah kepercayaan terhadap kehidupan, yang berpengaruh jelas terhadap cara berfikir dan bertindak sehari-hari. Yang berpengaruh ketika suatu konsep tersebut dicerna oleh otak, dan selama konsep di tolak oleh otak, maka ia tidak akan mempengaruhi konstruksi berfikir kita.
.
Dalam literatur Pengantar Studi Islam, dikatakan bahwa penyebab moral dan attitude kehidupan sosial rusak Barakar pada cara pandang mereka terhadap kehidupan, yang meliputi kebenaran, ilmu pengetahuan, realitas dan dalil-dalil yang dipercayai, cara pandang yang keliru atau tidak utuh akan membuat individu tidak menemukan kesimpulan tentang kehidupan, sehingga ia tidak punya pendirian yang kuat, dan sudah tidak pakai pedoman dalam menjalani kehidupan. Hal ini akan membawa kehidupan pribadinya pada ambiguitas yang nyata.
.
Diabadikan dalam catatan sejarah, bahwa hanya ada dua worldview atau pandangan hidup yang membuat pengikutnya rela mati demi mempertahankan keyakinan, atau pandangan hidupnya. yakni Islam dan Filsafat.  Hal itu membentuk sebuah prinsip, menguat dalam pikiran dan menjadi tradisi, yang kemudian akhirnya menjadi pedoman hidup sehari-hari, dan Islam termasuk dari Pandangan Hidup yang sudah direncanakan, bukan terbentuk secara natural oleh perubahan sosial. Maka dari itu, energi yang paling besar untuk memberikan motivasi dan ghairah hidup adalah Islam, selain itu tidak akan bertahan lama.
.
Persoalan yang dihadapi pemuda saat ini, termasuk penulis adalah tidak menikmatinya tradisi intelektual yang konsisten, untuk mencari pengalaman hidup, sehingga masih kurang mempunyai pandangan hidup yang jelas dan utuh, yang bisa di kejawantahkan pada pemikirian dan prilaku sehari-hari. Seperti contoh, bagaimana merdeka dan bersikap nasionalisme sehari-hari. Semua yang kita pejajari bersifat abstrak, seperti fatamorgana.
.
Apa yang terjadi ? Kita termasuk penulis mudah di ombang-ambingkan oleh issue, ajakan teman, pengaruh lingkungan tanpa pertimbangan yang matang, dan korelasi konsep kebenaran. Akhirnya kita memilih t(s)enang asalkan bersama, dan memilih aman walaupun melanggar prinsip. Ini adalah imbas nyata dari cara pandang yang tidak utuh, dan setengah-setengah.
.
Tidak lain bahwa, membangun sebuah cara pandang yang baik adalah dengan tradisi intelektual dan aktivitas ilmiah. Seperti membaca, berdiskusi bertukar pengalaman, mengkaji issue-issue insidental, melakukan penelitian, membuat karya tulis ilmiah, serta kerja-kerja ilmiah yang lainnya. Ini yang sejatinya disebut sebagai kaum akademisi, sekumpulan orang-orang yang sedang dalam pengembaraan intelektual. Mereka akan menemukan sebuah cara pandang yang baik, berdasarkan analisa mereka sendiri, dan pedoman hidup yang mereka yakini akan dibela sampai titik darah penghabisan.
.
Maka sesungguhnya bisa dikatakan, jika kau ingin berumur panjang jangan padamkan ghairah dalam hidupmu, teruslah mengayuh dan menyerap energi sebanyak-banyaknya. Dan sumber energi terbesar yang tak pernah habis hanyalah Islam.

Tanggul, 31 Agustus 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun