Mohon tunggu...
Farichur Rakhma Fathirny
Farichur Rakhma Fathirny Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

Mahasiswi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Money

Menurut Survey, Masyarakat di Wilayah Jawa Timur Lebih Memilih Membeli Rokok daripada Beras

5 Juni 2022   00:08 Diperbarui: 5 Juni 2022   00:20 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: KOMPAS

Seperti yang diketahui, rokok dikenal masyarakat luas sebagai salah satu penyebab kematian yang cukup besar di dunia. Tetapi masih banyak masyarakat Indonesia, termasuk para remaja yang menganggap bahwa membeli rokok adalah prioritas utama. Para remaja masa kini sedang digandrungi dengan kalimat "bukan laki-laki sejati jika tidak merokok". Oleh karena itu, setiap hari mereka membeli rokok hanya untuk memenuhi kepuasan pribadinya agar tidak dianggap ketinggalan zaman. Tidak hanya para remaja, bahkan juga anak-anak seusia sekolah dasar sudah mengetahui apa itu rokok. Mengingat begitu banyak imbas negatif rokok bagi kesehatan tubuh, sudah seharusnya para orang tua menghimbau anak-anaknya agar tidak mengonsumsi rokok di usia kurang dari 18 tahun, bahkan jika perlu jangan mengonsumsinya sama sekali.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, rata-rata pengeluaran konsumsi makanan masyarakat Indonesia per kapita dalam satu minggu khususnya di wilayah Jawa Timur sebesar Rp 130.151. Lalu apakah benar bahwa masyarakat lebih banyak mengeluarkan uang untuk membeli rokok daripada membeli beras? Jawabannya adalah benar. Dari data tersebut, ditemukan data pengeluaran untuk membeli rokok lebih besar daripada membeli makanan pokok, khususnya beras.

BPS menyebutkan bahwa pengeluaran rokok, khususnya rokok kretek filter, menjadi komoditas penyumbang kemiskinan masyarakat kedua setelah makanan. Kepala BPS, Cuk Suhariyanto, menyampaikan bahwa "Rokok kretek filter menjadi komoditas ancaman terbesar kedua terhadap garis kemiskinan".

Berdasarkan hasil survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), rata-rata per kapita pengeluaran konsumsi rokok dan tembakau selama satu minggu sebesar Rp 15.531, sedangkan pengeluaran konsumsi beras sebesar Rp 14.857. 

Padahal dalam kandungan rokok tersebut diperkirakan terdapat lebih dari 7000 bahan kimia yang sekitar 70 bahan tersebut dapat membahayakan kesehatan tubuh, misalnya nikotin, karbon monoksida, tar, benzena, dan sebagainya. Berdasarkan penelitian, bahan-bahan kimia tersebut dapat menimbulkan penyakit asma, infeksi paru-paru, kanker mulut, kanker tenggorokan, kanker paru-paru, serangan jantung, stroke, demensia, disfungsi ereksi, dan sebagainya. Apabila rokok sering dikonsumsi, juga dapat menyebabkan kekebalan tubuh semakin lama semakin menurun. Bahkan, rokok tidak hanya memberikan imbas negatif bagi orang yang mengonsumsinya, tetapi juga orang yang berada di sekitarnya. Salah satu contohnya adalah asap rokok yang sering dihisap dapat menyebabkan penyakit tuberkulosis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun