Mohon tunggu...
Faricha Azizah
Faricha Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - sedikit wawasan untuk masa depan

azizah_cha.faricha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Belajar Gamelan

19 Februari 2021   15:09 Diperbarui: 19 Februari 2021   15:18 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     

Suasana karawitan dan olah vokal sinden di RW III, Dusun Talun Kacang, Des. Kandri, Kec. Gunung Pati, Kota Semarang saat malam hari.

SEMARANG -- Sambil menyelam minum air. Berwisata sambil beredukasi budaya. Budaya  karawitan kini eksistensinya mulai terkikis zaman yang semakin modern. Karawitan merupakan, perpaduan antara seni gamelan dengan seni suara yang bertangga nada slendro dan pelog. Jumat (05/02), di Desa Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang, karawitan hingga kini masih dilestarikan.

Desa Kandri merupakan salah satu desa wisata yang terdapat di Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Walisongo Semarang, diajak melek budaya dengan berlatih karawitan. Langen Karya Budaya merupakan nama karawitan yang berada di RW III, Dusun Talun Kacang, Desa Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Karawitan ini diketuai oleh Abdul Karim (46), salah satu warga setempat.

Karawitan ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Awalnya kelompok ini bukanlah sebuah karawitan, melainkan ketoprak. Seni perpaduan gamelan dengan suara ini, pernah mengalami vakum di akhir tahun 1998 hingga akhir tahun 2020. Hingga penghujung tahun 2020, tepatnya di bulan Desember karawitan ini, mulai bereksistensi kembali.

Setiap Jumat malam , Langen Karya Budaya rutin berlatih dari pukul 21.00 WIB hingga selesai. Mahasiswa KKN UIN Walisongo diajarkan bagaimana cara memainkan gamelan, serta membedakan gamelan yang berjenis pelok dan slendro oleh Sudian (44) . Selain itu, mereka juga diajarkan cara menyanyikan tembang jawa oleh Tri Rahayu (64), salah seorang sinden Langen Karya Budaya. Karawitan ini memiliki kurang lebih 13 macam gamelan, yang terdiri dari gendang, saron, siter, kenong, bonang, gong, kethuk dan masih banyak lagi.

Namun sangat disayangkan, partisipasi masyarakat bahkan penerus karawitan ini, masih sangat minim, terutama kaum muda. "Jaman sekarang jarang sekali yang memiliki minat berkarawitan, apa lagi menyanyikan tembang jawa. Jikalau ada, sekarang lebih banyak yang menggiati campur sari." Resah Tri Rahayu.

Memiliki lokasi yang strategis, karawitan yang bertempat di kediaman Majuri (47) ini, berjarak kurang lebih 50 meter dari obek wisata Goa Kreo. Selain itu, lokasi ini juga berdampingan dengan spot foto awan. Tujuannya, selain pengunjung dapat berwisata dan menikmat pemandangan alam di Goa Kreo, mendapatkan foto yang Instagramable di spot awan, pengunjung juga dapat beredukasi budaya melalui kesenian karawitan.

Harapan Tri Rahayu, berawal dari latihan dan bermain gamelan, masyarakat maupun pengunjung yang datang, tidak mudah untuk melupakan adat, tradisi, maupun kebudayaan Jawa. Dan semakin mencintai budaya tradisional yang kita punya. [Faricha Azizah]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun