Mohon tunggu...
Farich Alfan
Farich Alfan Mohon Tunggu... Lainnya - frch_alfn

Menulis ketika Bosan Ngaji I Seorang Murid

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menyingkap Sesuatu yang di Sensor agar terlihat

15 Juli 2023   10:37 Diperbarui: 15 Juli 2023   10:49 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada sebuah cerita yg terjadi pada seorang Ayah dengan Anak -anaknya. Dikisahkan, seorang Ayah yang telah memiliki 3 Orang anak dalam sebuah perkampungan kecil. Anak pertama diberi nama Anis, si Anis ini oleh sang ayah sangat disayang dan dimanja, kasih sayangnya sangat mencolok dihadapan adek adeknya. Karena, si Anis ini sudah diberikan bekal yg sangat tercukupi bahkan bisa dibilang melebihi kapasitas, sehingga dia-pun dengan mudah mencapai titik kesuksesan baik dalam bidang karir pekerjaan atau lainnya. Kemudian, Berlanjut pada anak yang kedua yang telah diberi nama Harben. Si Harben ini juga Oleh sang ayah diperlakukan tidak jauh berbeda dengan kaka yang pertama, dia telah diberikan bekal pendidikan yang sangat mencukupi, diberikan fasilitas hidup yang serba ada, juga pendamping hidupnya yg diperoleh keduanya sangat mempesona. Namun, dibalik kasih saying yang telah diberikan oleh sang Ayah kepada anak -- anaknya ada sebuah kesenjangan diantara mereka. Yakni anak ketiga yg diberi nama Amsal, dia hanya diberi oleh sang ayah bekal pendidikan yang hanya sampai pada kategori rendah sehingga dia-pun sedikit kepayahan dalam mengejar karir atau impian impian yg selama ini dia pendam. Serta kasih sayang lain yg tentu sangat mencolok jika dibandingkan dengan kasih sayang yg telah diberikan oleh anak pertama dan anak yg kedua yaitu Anis juga Harben. Singkat Cerita, sang Ayah ternyata semakin berjalannya umur maka semakin tua sehingga semakin tinggi kadar perasaan ingat kematian dirinya. Dalam benak pikiran, sang Ayah ada rasa ganjalan yang selama ini ingin sekali disampaikan kepada anak-anak Nya berupa lontaran pertanyaan yang tentu menyangkut hari tua menjelang ajalnya.

Pertanyaan tersebut ialah; "Wahai Anak-ku Apakah kelak engkau ketika nanti aku wafat, berkenan untuk menemani ku didekat pundakku?

Pertanyaan tersebut. Mula diberikan kepada si Anis anak pertamanya. Dengan muka bingung dan heran dengan tegas Anis menjawab pertanyaan sang Ayah tersebut dengan nada kesal. " Wahai ayah, engkau ini yg benar saja? Engkau yg telah tiada dan telah di kuburkan dalam tanah menyuruhku yg masih hidup untuk menemanimu selama itu. Tentu hal itu tidak akan mungkin terjadi''. Kemudian sang Ayah dengan raut wajah sedih menghela nafas untuk ikhlas menerima jawaban dari Anis anak pertamanya. Berlanjut lontaran pertanyaan tersebut diberikan kepada anak yang kedua yakni Harben. Dg nada baik baik sang ayah bertanya kepada Harben. Juga dengan pertanyaan yg sama persis yang telah dilontarkan kepada Anis, Sontak dengan seketika itu juga si Harben anak keduanya menolak ajakan sang Ayah tadi. Dengan menjawab, "engkau apakah masih waras ayah? Seorang yg masih hidup diperintahkan untuk menjaga kuburan serta raga orang yg telah tiada di kuburan. Itu mustahil yah", Akhirnya dengan terpaksa sang Ayah Kembali dengan wajah masam dan sedih. Sang ayah pun menerimanya.

Didalam kesempatan terakhirnya, sang Ayah yang sangat menggantungkan harapanya dari Amsal anak ketiganya itu yang merupakan dulunya telah diperlakukan jauh berbeda dengan kakak -- kakak kandungnya tersebut. Dengan tanpa rasa putus asa sang ayah memberanikan untuk bertanya juga kepada Amsal permata terakhirnya. Walaupun, notabene dia sangat kurang diberikan perhatian oleh sang Ayah. Namun, jawaban yang diberikan oleh Amsal sungguh sangat mengejutkan serta membuat hati Ayahnya pilu, ketika pertanyaan yg sama diberikan kepada Nya. Dia menjawab dg mengucap "Baik yah, Saya sendiri yg akan menemani mu ketika kelak engkau wafat"

Sangat Ayah pun sangat malu dan terpukul hati nya karena merasa menyesal dengan sikap dan perilaku yang telah diberikan dulu terhadap Amsal itu.

Dari cerita tersebut. Hakikatnya merupakan, sebuah penganalogian yang dilakukan oleh penulis untuk menggambarkan ritme perlakuan kita pribadi sendiri terhadap sesuatu yg sifatnya Duniawi yakni si Anis atau biasa dikenal dengan Anak Istri. Tentu anak istri ini hanya cukup bisa menemani kita selama hidup di dunia belaka, Apalagi jika kita mungkin sebagai suami yang memiliki istri berparas cantik juga masih berusia muda barang tentu kesedihan itu akan terhapuskan hanya selama ya, kurang lebih 2-7 harian. selebihnya dia akan sibuk mencari pengganti posisi suaminya yang telah tiada. Kemudian anak yang kedua, penulis menyamarkan identitasnya sebagai Harta benda kita. Dia yang selama ini kita perjuangkan mati matian dalam meraihnya ternyata hanya mampu menemani kita pada area pemakaman dan Harta Benda ini paling maksimal yg dibawa hanya kain kafan, itupun berwarna polos putih. Artinya semua harta benda kita akan ditinggalkan. Dan anehnya justru anak yang kita kurang perhatikan yaitu si Amsal malah justru memberikan timbal balik yang sangat berkali-kali lipat atau dikenal dengan Amal saleh. Dia yg justru yang akan menemani kita kelak ketika sudah tiada dan menghadap Ilahi.

Sampai disini, Amal Saleh apa yg telah kita berikan selama hidup di Dunia fana ini?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun