Sebagian dari kita lalai bahkan terkadang masih kufur nikmat, seolah semua kenikmatan yang kita terima setiap harinya adalah hak dari kita yang tidak boleh dikurangi. Terkadang juga menganggap kesemuanya yang telah diberikan sebagai jatah rutin yang murni tak boleh berhenti.Â
Padahal, Â seekor Cicak-pun patut kita tafakuri, sebutir garam patut kita renungi dan masih banyak lainnya. Mari kita belajar dari Cicak yang penjelasan maknanya hampir sama yakni (Q.S Hud : 6) Yang berbunyi sebagai berikut.
Padahal kita tidak tahu ternyata masih ada makhluk yang lebih menderita akan keadaannya dari mulai penciptaanya-pun sudah menjadi makhluk hina, seperti contoh Cicak. Seekor cicak dari mulai dilahirkan dia hina, tidak bisa terbang yang hanya mampu merayap didinding dengan penuh kehati-hatian sedangkan semua yang ditakdirkan sebagai makananya memiliki sayap serta mampu terbang jauh kemana-mana.
Andai kita mungkin akan berteriak "ya Allah engkau salah rancang dan keliru cetak", bagaimana mungkin hamba dapat menjalani hidup jika begini caranya? lambat saya bergerak dengan tetap harus berpijak, sedangkan nyamuk yang lezat itu melayang diatas, cepat melintas dan kemanapun bebas. lantas bagaimana dapat menjalani hidup ini?
Sebelum kita mengorek tentang hakikat rizqi Cicak mari bernyanyi lagu "Cicak -- Cicak didinding diam-diam merayap, datang seekor nyamuk hap lalu ditangkap".-
Jadi, dapat kita simpulkan dari lagu tersebut, tugas Cicak memang hanya berikhtiar sejauh kemampuannya karena soal rezqi. Allah swt yang memberi jaminan. Maka kewajiban Cicak hanya diam diam merayap, bukan cicak yang harus mencari dengan garang bukan pula Cicak yang harus mencari dengan terbang, tapi, "datang seekor Nyamuk".
Lantas siapa yang mendatangkan nyamuk tersebut. dialah Allah swt. yang maha mencipta tidak cacat dalam penciptaanya, yang maha pemberi rizqi, yang maha kaya yang atas tanggungan hidup untuk semua yang telah dijadikannya, dia yang maha adil tidak akan mungkin dia bebani hambanya melampaui kesanggupannya.
Allah swt. yang mendatangkan rizqi tersebut, betapa dibanding ikhtiyar Cicak yang hanya diam merayap, perjalanan nyamuk untuk mendatangi sang Cicak sungguh lebih jauh, lebih berliku, jarak dan waktu yang sudah barang tentu memisahkan keduanya yang kemudian Allah dekatkan dengan sedekat-dekatnya. Padahal seekor Nyamuk tadi bebas terbang kearah manapun sesuai keinginan hati, tapi Allah swt bimbing  ia menuju pada sang Cicak yang melangkah bersahaja.
Islam melihat kehidupan sebagai anugerah kenikmatan yang didalamnya secara tidak sadar menuntut kita untuk bersyukur kepada Allah swt. atas segala karunianya, Allah pun telah menundukan siang dan malam yang mana siang untuk berikhtiar sedangkan malam untuk beristirahat, menciptakan air yang mana sebagai sumber kehidupan bagi seluruh makhluk yang bernyawa, serta mengokohkan langit beserta bumi yang kesemuanya untuk kita.Â
Sebuah konsep kehidupan yang luar biasa hebat ini. merupakan sebagai bentuk pengjormatan yang seharusnya kita pelihara dan kita tunaikan hak-hak pemberinya yaitu Allah swt.
Â
Artinya :Â
Lantas nikmat manalagi yang engkau dustakan?! (Q.S Ar-rahman)
Ketika sudah diberi kenimatan oleh allah kita-pun jangan sekali berprilaku sombong, baik atas semua pencapaian dari anggota tubuh kita ataupun pemberian dalam bentuk apapun wujudnya. Karena yang baik belum tentu bernilai ibadah dihadapan Allah. Sesuai dengan kadar ketulusan hati disertai niatnya.
Â
Sesungguhnya amal perbuatan bergantung pada niatnya. HR Bukhori