Mohon tunggu...
Farica Purnamasari
Farica Purnamasari Mohon Tunggu... -

i love making fun and bring happiness for people. Like travelling, adventures, dreaming, eating, reading, playing, writing. Now,live in Makuhari, Japan-my dream country- for one year as exchange student. know me more www.faricawannabe.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Inilah yang bikin Jepang berbeda

10 Maret 2011   13:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:54 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak pertama datang dan sudah 3,5 bulan hidup di Jepang Sedikit banyak (sedikit karena hampir semua kebiasaaan mirip dengan di Indonesia, banyak karena nggak bisa dibilang sedikit juga kebiasaannya) hal-hal ajaib di sini yang bikin gue agak syok alias belum terbiasa, bahkan sampai sekarang gue masih belum terbiasa. Pertanyaan ini juga sering banget ditanyain sama orang Jepang dan mungkin kalian pun bertanya-tanya. Mari kita mulai. #1. Toilet Okai, ini mungkin aneh dan kalian tertawa, tapi kalian musti tahu, pertama kali sampai di Jepang, gue pusing dengan toilet jepang. Fyi, toilet dibedakan menjadi dua, washitsu (toilet khas jepang bergaya jongkok;sedikit berbeda dengan di Indonesia) dan yoshitsu (toilet barat alias kloset) Bukan jenis toilet yang bikin gue pusing, tapi TOMBOL di bilik wc dan kloset yang super banyak dan parahnya, di setiap tempat beda-beda tombolnya. Di kampus, di stasiun, di department store A, department store B, semua berbeda. Entah nanti ada yang tombol flushnya pake sensor otomatis, ada yang kudu ditarik, ada juga yang harus disentuh, macam-macam. Belum lagi ada tombol untuk suara air sehingga ketika pipis *maaf*, suaranya nggak kedengaran digantikan suara air itu. Terus belum lagi semprotan utk bagian belakang (kalian tahu lah itu) dengan volume air yang bisa diatur. hahahaa #2. Sambal Ini masih menjadi masalah buat gue, sampai sekarang. Bayangin pergi ke KFC, McD, Burger King, dan berbagai restoran lainnya, tidak ada sambal yang tersedia. Makan kentang goreng tanpa sambal. Makan ayam goreng tanpa sambal. Makan burger tanpa sambal. Makan mie nggak ada sambal juga. Okai, bahkan lada atau pepper pun jarang. *sedih* tambahan lagi, jangan pernah percaya dengan tingkat kepedesan orang jepang karena dianggap level pedas pun rasanya masih seperti makan saus tomat. #3. Cara makan Di sini makan tentu pakai sumpit, tapi terkadang gue juga kangen makan pakai sendok garpu. Bukan problem sumpit yang bikin tidak terbiasa, tetapi cara pada saat makan. Biasanya kalau kita makan, kita ambil nasi , lalu kita ambil semua sayur dan lauk pauk, kemudian dicampur ke dalam satu piring bersama nasi. Kalau di sini, mereka tidak terbiasa mencampurkan sayur dan lauknya ke dalam piring nasi. Jadi, mereka makan nasi, kemudian sayur, kemudian nasi, kemudian lauk, dan seterusnya. #4. Ayo, beresin sendiri Kalau belanja, jangan pernah harap barangmu dimasukin ke kantong plastik oleh pegawainya. Kalau makan di food court, di restoran, jangan harap makananmu dibereskan oleh waitressnya. Semua bereskan sendiri, masukan ke tong sampah yang tepat, sisanya taruh ditempat yang disediakan. Barang belanjaanmu masukan sendiri ke kantong plastik. Gue setuju sama kebiasaan ini untuk diterapkan di Indonesia karena bagus meningkatkan kesadaran kita. :) FYI juga, salah satu best thing di jepang adalah air putih gratis di semua restoran, boleh refill, dan bahkan di food court disediakan dispenser air putih gratis. ehehheehe Sedikit oleh-oleh (autumn week) dari Rikugien park; Tokyo

*Eniwei kalau mau bertanya atau menyumbangkan ide tentang "living in Japan", dipersilakan banget lohh, lumayan buat bahan bercerita lagi :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun