Seiring mulainya pandemi 2020, banyak waktu luang karena mayoritas bisnis menurun, dan  mungkin juga karena disarankan melakukan aktivitas luar ruang atau di rumah aja, maka jumlah goweser mendadak meningkat tajam, pun transaksi sepeda, peralatan dan perlengkapannya. Sampai pernah satu sepeda merek tertentu melambung tinggi ke awan (baca: impian) dan menjadi bahan tertawaan bangsa lain (pernah diposting di FB). Sekarang ada beberapa yang masih bertahan di atas sadel sepeda,  ada juga yang sudah menjual sepeda nya gegara dimarahin istri yang cemburu karena merasa disaingi oleh sepeda (berusaha menahan tawa).
Ada yang memang sudah rajin bersepeda sejak muda (baca: sebelum pandemi) ada juga yang mulai kecanduan gowes gegara ketemu komunitas yang cucok sejak awal pandemi, sehingga kalau ngga gowes rasanya ada yang kurang.
Bagi yang jeli melihat peluang bisnis, hiruk pikuk nya goweser dijadikan lahan usaha. Beragam jenis perlengkapan termasuk pakaian, kaca mata, botol minum, tas pinggang, tas peralatan service darurat, Â wadah untuk semua barang yang bisa digantung/nempel di sepeda serta pernak pernik pesepeda seperti stickers, loud speaker dan sebagainya, Â vitamin penambah daya tahan, , makanan dan minuman baik yang dikonsumsi harian ataupun yang dijajakan sepanjang lintasan pesepeda.
Rute lintasan pun sangat beragam. Ada yang suka bersepeda di kota dan sesekali blusukan di kampung-kampung terutama untuk berinteraksi dengan budaya dan kulinernya. Ada juga yang suka bersepeda antar kota/negara dan bahkan lintas alam dengan tanjakan dan turunannya serta cuaca yang tidak menentu penambah asupan "adrenalin."
Motivasi juga pasti beragam. Ada teman yang tadinya "anti olga" tetapi sejak berkenalan dengan komunitas pesepeda... tidak ada wiken tanpa bersepeda, bahkan bersepeda sendirian pun jadi. Ada juga yang ingin "lari" dari rutinitas selama ini atau mencari kenalan baru. Ada pula yang mendirikan komunitas pesepeda karena kesamaan daerah asal atau se-almamater atau cukup sekeluarga atau pasutri saja.
Minggu lalu, teman seangkatan baru saja bercerita tentang "nyaris" yang dialaminya, karena rem sepedanya tidak dapat berfungsi sebagaimana seharusnya. Puji TUHAN, dia selamat, hanya ada memar dan sepedanya lecet sedikit. Mungkin banyak yang sudah tahu tentang pesepeda yang terlalu lelah atau kecelakaan karena memakai ban atau rem yang kurang cocok untuk medan yang dilalui, sehingga menyebabkan nyawa melayang.
Dari sekilat tulisan di atas, ternyata banyak cerita seputar sepeda ya...
Naaah... akhir Januari 2022, saya yang sedang berada di Bandung untuk menghadiri Musda DPD ITLA Jawa Barat, diberikan kesempatan gowes. Awalnya agak ragu karena belum pernah bersepeda di jalan raya yang ramai apalagi rute yang direncanakan cukup jauh. Kuat ga ya???
Akhirnya, undangan diterima dengan doa dan usaha, bangun pagi lalu siapkan peralatan "perang" dan berjuang mencapai cita2... ha...ha...ha... ya harus mengerti diri sendiri yang jarang olah raga walaupun tiap hari melakukan peregangan (stretching) selama kurang lebih 10-15 menit.
Sepeda dibawa dari Jakarta dengan menggunakan mobil (yang dilepas kursi belakangnya, sehingga dapat memuat 4 buah sepeda (ingat yaaa sepeda harus diikat dengan tali karet supaya tidak berbenturan satu dengan yang lain atau dengan badan mobil bagian dalam).