Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, termasuk minyak dan gas bumi. Dengan populasi sekitar 270 juta jiwa, Indonesia juga memiliki demand yang tinggi dalam hal konsumsi bahan bakar fosil. Namun, industri hulu migas di Indonesia sendiri masih belum dapat memaksimalkan tingkatan eksplorasi dan produksi migas dikarenakan kurangnya investasi serta belum ditemukannya giant field baru selama hampir 2 dekade. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia masih harus melakukan impor minyak dan gas dari negara penghasil minyak lainnya. Sedangkan, penggunaan migas diprediksi akan terus naik setiap tahunnya walaupun mulai adanya transisi energi menjadi energi yang lebih terbarukan.
Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas (aktivitas penemuan dan pengambilan minyak dan gas bumi) memerlukan nilai investasi yang sangat tinggi. Hal tersebut sebanding dengan resiko serta profit yang kemudian hari akan didapatkan apabila sumur pemboran menghasilkan minyak dan gas bumi yang prospek serta komersil, investor akan datang apabila prospek hulu migas Indonesia masih dalam kategori yang menjanjikan. Melalui statistik yang diberikan oleh SKK Migas bahwasanya dari 120 lebih cekungan yang ada di Indonesia, baru sekitar 20 cekungan saja yang sudah diproduksikan dan 27 cekungan yang belum diproduksikan. Lebih dari 60 cekungan lainnya hingga saat ini belum dieksplorasikan sehingga Indonesia masih dapat dikatakan sebagai negara yang prospek untuk mendapatkan giant field baru dalam beberapa tahun kedepan.
Strategi Pemenuhan Energi Minyak dan Gas Bumi di Indonesia
Kegiatan eksplorasi berkelanjutan harus terus dilakukan untuk meninjau kembali cekungan-cekungan yang belum dieksplorasi. Eksplorasi berkelanjutan yang dilakukan secara terus menerus selama kurang lebih 5 sampai 10 tahun kedepan, akan menambahkan referensi serta probabilitas yang sangat besar untuk menemukan giant field yang baru. Sehingga dengan adanya penemuan baru ini, akan menjadi sebuah peluang dalam menarik minat investor untuk berinvestasi dalam kegiatan hulu migas di Indonesia.
Pengembangan lapangan migas yang sudah diproduksikan dengan metode-metode terkait seperti Enhanced Oil Recovery (EOR) juga akan memaksimalkan tingkat eksploitasi. Target pengadaan EOR sendiri pastinya adalah untuk mempertahankan trendline produksi migas di Indonesia serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mengurangi tingkat impor migas. Lapangan-lapangan yang dinilai memiliki valuasi komersil yang tinggi akan memiliki kemungkinan produksi yang lebih berkepanjangan serta dengan adanya sumur-sumur yang sudah di bor pada lapangan tersebut serta data-data terkait untuk evaluasi reservoir akan menambahkan informasi untuk memaksimalkan lapangan tersebut.
Usaha dan strategi sudah dilakukan serta dikembangkan oleh SKK Migas serta National Oil Company (NOC) untuk mempertahankan hingga menambah tingkatan produksi minyak dan gas bumi di Indonesia dengan harapan produksi 1 juta Barrel Oil Per Day (BOPD) dan 12 Billions Standard Cubic Feet Per Day (BSCFD)Â pada tahun 2030 mendatang. Peningkatan nilai aset yang sudah ada, akselerasi dari sumber untuk diproduksikan, pengembangan melalui EOR, serta penggalakan kegiatan eksplorasi dinilai menjadi strategi fundamental untuk mencapai target 1 juta BOPDÂ dan 12 BSCFD. Peningkatan tersebut sudah berjalan bahkan sejak tahun 2019 walaupun harus tersendat dengan adanya pandemi.
Tantangan pada Industri Hulu Migas
Investasi merupakan sebuah gambling yang tidak semerta-merta diberikan tanpa adanya pertimbangan keuntungan yang mungkin akan lebih besar dibandingkan saat melakukan investasi tersebut. Perlunya tambahan informasi untuk menarik minat investor akan memungkinkan kebangkitan produksi migas untuk pemenuhan energi di Indonesia. Penggalakan serta efisiensi dalam kegiatan hulu migas sangat diperlukan untuk menarik minat investor serta memberikan valuasi terhadap upaya pemenuhan energi di Indonesia. Regulasi yang dapat memberikan keuntungan antara kedua belah pihak juga akan menambahkan tingkat percaya diri investor untuk berinvestasi di Indonesia dalam kegiatan hulu migas.
Adanya covid-19 juga akan menjadi tantangan tersendiri bagi industri hulu migas dalam upaya pemenuhan energi di Indonesia. Seperti yang diketahui pada tahun 2020 ketika covid-19 pertama kali menyerang Indonesia, industri hulu migas merasakan efek yang signifikan hingga harga minyak dunia jatuh dan berada pada posisi yang mengenaskan. Namun, dengan adanya pembenahan, transisi, serta adaptasi yang baik, industri hulu migas perlahan namun pasti kembali berada ke tracknya dan mengejar ketertinggalan terutama dalam strategi pemenuhan energi di Indonesia. Hal ini menjadi sebuah gebrakan kepercayaan diri industri hulu migas di Indonesia untuk melihat peluang serta target yang akan digapai dalam 10 hingga 20 tahun kedepan yaitu energy sustainability. Tingkat produksi migas-pun berdasarkan transparansi SKK Migas pada pertengahan tahun 2021 sudah menunjukkan angka yang cukup baik serta menambahkan pendapatan negara hingga setara RP 96,7 Triliun. Pengaruhnya adalah harga minyak yang semakin stabil serta peningkatan dari recovery pasca breakout pandemi yang menunjukkan kinerja hulu migas yang semakin baik setiap waktunya.
Dukungan Terhadap Upaya Industri Hulu Migas
Peningkatan secara signifikan dalam produktivitas migas di Indonesia merupakan salah satu keseriusan industri hulu migas dalam mencapai target 1 Juta BOPD dan 12 BSCFD. Minyak dan gas bumi sendiri sudah tidak asing dalam menjadi salah satu kunci pendapatan negara serta pemenuhan kebutuhan masyarakat yang kesehariannya menggunakan minyak dan gas bumi. Perlunya keseimbangan dalam setiap elemen baik dalam industri hulu migas, investor, pemerintah, dan masyarakat akan menjadi sebuah ketegasan untuk mengembalikan era produktivitas minyak dan gas bumi di Indonesia. Segala kekayaan yang sudah ada tidak mungkin Tuhan ciptakan untuk digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan manusia sendiri.