Mohon tunggu...
Farhan Risyad Razaq
Farhan Risyad Razaq Mohon Tunggu... Lainnya - Lulusan dari Universitas Brawijaya, Studi yang ditempuh adalah Ilmu Administrasi Publik.

"if i had remained invisible, the truth would stay hidden" -Lana Wachowski Halo! Saya farhan senang bisa berbagi hal-hal yang bermanfaat, semoga semua tetap waras, trus jaga akal sehat dengan perluas wawasan. Emang lana wachowski bukan hanya seseorang yang menciptakan film yang keren kayak the matrix, tapi juga punya keresahan yang ingin disampaikan. semoga di platfom ini kita semua menikmati keresahan kita masing-masing. selamat beresah ria!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penyempurnaan Arwah Korban atas Tragedi Kanjuruhan

8 November 2022   06:00 Diperbarui: 8 November 2022   07:27 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Di Kota Malang, suasananya tampak terlihat seperti biasa, banyak mahasiswa berjalan berangkat menuju kampus, warung makan yang sesak dengan anak kos, toko kopi yang ramai dengan canda-tawa dan diskusi. Tetapi dibalik rutinitas biasa ada yang berbeda dari kota Pendidikan itu. Kita bisa merasakan ekspresi kekecewaan, kemarahan, dan kesedihan di sekitar kota. Setiap sudut kota terdapat coret-coretan di tembok, pesan yang dituliskan di spanduk, dan selebaran yang ditempel dimanapun.  Tulisnya, "usut tuntas". Ekspresi itu tampaknya sengaja dibuat ramai seakan sedang berusaha menyadarkan banyak pihak.

Susana berbeda yang dirasakan di kota itu, sehubungan dengan tragedi yang dialami oleh dunia sepakbola selang satu bulan sebelumnya yaitu tewasnya 133 supporter Arema[1]di Stadion Kanjuruhan Malang. Sampai saat ini Warga Malang khususya Suporter Arema masih diliputi perasaan campur aduk. Kekecewaan terhadap reaksi dari para pihak yang bertanggug jawab, kesedihan dari keluarga yang kehilangan orang terdekatnya, dan trauma yang dialami oleh orang yang terlibat langsung dalam tragedi itu.

Kita akan ikut merasakan keharuan yang dalam ketika langsung melihat bekas tragedi yang meninggalkan jejak di Stadion Kanjuruhan. Tembok yang dihancurkan, pintu yang tampak penyok, tiang-tiang yang bengkok, itu semua menjadi jejak dari tragedi yang begitu memilukan masyrakat luas. Perasaan kita akan tambah hanyut kalau melihat bingkai foto, bunga-bunga, baju (mungkin baju korban) yang dijejerkan di depan gate 13 (tempat kejadian) sebagai ungkapan duka.

Belum lagi banyak dari keluarga korban yang berkunjung dengan tatapan kosong sekedar melihat sekeliling stadion dan tempat kejadian. Saya melihat ratapan itu menjadi terbawa pilu,  rasanya walau siang hari suasana di Stadion Kanjuruhan selalu diliputi perasaan gelap dan dingin. Perasaan itu muncul karena saking tragisnya peristiwa itu, kendati sudah berlalu secara samar-samar masih bisa dirasakan kengeriannya. Bayangkan saja ragam orang terlibat dalam situasi itu, dari anak kecil, remaja, perempuan, bahkan ibu-ibu. yang panik, berlari-larian, berdesak-desakan, terkena gas air mata, baru setelah itu kehabisan oksigen

Ketragisan yang telah terjadi berusaha saya pahami secara benar-benar. Mumpung sedang ada urusan di Malang, saya langsung menuju Stadion Kanjuruan untuk melihat bekas peristiwa itu, tujuannya untuk benar-benar meresapi persitiwa yang telah terjadi. Sebenarnya atmosphere peristiwa itu sudah dapat dirasakan di Kota Malang, semakin mendekat stadion rasanya suasananya kian dingin dan gelap. Sepanjang perjalanan saya membayangkan suara sirine ambulan ketika mengangkut korban-korban yang berjatuhan. Ketika melihat rumah sakit saya juga membayangkan banyak korban yang dijejerkan dilantai, karena saking membludaknya jumlah korban yang berjatuhan.

Kemudian, sesampai di Stadion Kanjuruhan Malang, di monumen singa tegar Arema Malang, berjejer bunga-bunga, syal bertuliskan Arema-Persija, tercium juga aroma kemenyan. Di sampingnya terbentang spanduk bertuliskan, "Selamat jalan nawak, usut tuntas". Setelah itu saya lanjut menuju gate 13 tempat korban berjatuhan. Saya melihat pemandangan serupa seperti di monumen singa tegar Arema Malang, Ada jejeran bunga, jersey, syal, dan foto korban. Lagi-lagi saya mencium bau kemenyan dari arah gate 13, baunya sama seperti di monumen singa tegar Arema Malang.

Karena bau kemenyan, pikiran saya langsung terhubung ke sesuatu yang mistik. Tanpa pikir panjang, saya langsung melakukan panggilan video kepada kaka saya via Whatsapp sebagai seseorang yang berkemampuan melihat makhluk halus. Langkah yang tepat menghubunginya agar mengetahui apa yang terjadi di "dunia yang lain". Setelah terhubung saya langsung mengarahkan kamera ke sekeliling gate 13  dan bertanya tentang makhluk apa saja yang ada disana.

Katanya tempat itu dipenuhi banyak orang yang terlihat panik dan berteriak, Ada  ibu-ibu, anak kecil, dan remaja. Semua makhluk yang ada disana berlari tanpa arah, menangis, dan menjerit. Tangisan makhluk itu bukan mengalir air mata melainkan darah. Suasana di "dunia lain" itu tampak tak teratur, kacau, dan tidak tenang.

Setelah mendengar penyampaian penglihatan dari kakak saya, perasaan iba di diri saya kembali muncul terhadap korban. Mereka bukan hanya mengalami kejadian yang tragis di dunia, tetapi arwahnya masih tersisa tak tenang di sekitar tempat kejadian. Umat hindu mempunyai kepekaan terhadap kondisi itu, meraka berbondong-bondong melakukan ritual pangruwating bumi untuk menetralisir, sekaligus mendoakan roh jiwa-jiwa yang masih tertinggal di sana. Agar, jiwa-jiwa para korban bisa tenang dan mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.

Sebenarnya, hal yang dilakukan umat Hindu terhadap korban Tragedi Kanjuruhan sudah banyak dilakukan sepanjang sejarah umat manusia. Tujuan dari ritual itu untuk melakukan penyempurnaan arwah. Seperti Suku Tengger melakukan ritual entes-entes, karena Suku Tengger menganggap terdapat dunia antara, wilayah ini diyakini sebagai ruang tunggu bagi arwah-arwah yang belum diswargakan. Masyarakat Tengger menganggap Entas-entas sebagai medium pembebasan jiwa paling tinggi, itu makna penyempurnaan arwah bagi suku tengger.  

              Bahkan di beberapa kebudayaan masyarakat, Penyempurnaan arwah dilakukan dengan melakukan pengorbanan nyawa manusia. Seperti yang ditemukan oleh seorang arkeolog dalam upacara Shang, katanya ada 60 cara berbeda untuk membunuh manusia yang dijadikan korban pada upacara Shang. Salah satu caranya dengan merangkai 70 keping patahan tulang ramalan untuk menentukan leluhur mana yang bertanggung jawab atas sakit gigi sang raja yang masih hidup. Jika sudah ditentukan siapa yang bertanggung jawab, orang itu akan dibunuh sebagai persembahan dalam upacara shang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun