Di dalam ruang yang gelap, tanpa teman dan sahabat akrab
Sedikit merebahkan sekujur tubuh lusuh, dengan pikiran yang amat gaduh
Cahaya remang menghampiri, memaksa menyelinap melewati lubang pernafasan yang tak ada sekat.
Pikiran terpusat dan nafsu yang sesat membiarkan tumbuh ini malas bertindak.
Hidupku di ujung tombak, pikiranku menyekat, janjiku terucap, bagaimana aku berbuat..??
Sedikit ku buka mata untuk menatap, melihat cahaya yang menyelinap dan sedikit terpusat ke arah jubah berwarna ungu gelap,dan memberikan sedikit semangat untuk berbuat demi tanggung jawab.
Aku tak mau pasrah dengan keadaan yang terlilit pikiran, melintas bayang-bayang tak karuan. Padahal tuhan telah menciptakan kesempurnaan, syukur pun telah di usahakan dan terus ku terapkan dalam kehidupan.
Bagaimana aku bertindak, malas ku masih melekat kuat, kasur tempat ternyaman selalu mengikat, hingga akhirnya aku terlelap membawa mimpi yang indah sesaat.
Lantunan suara indah mengingatkan, bahwa waktu pagi telah tiba kembali, menutup mata hanya sekejap, tidurpun tidak terasa nikmat.
Ku coba membuka mata, meskipun perih tetap ku paksa.
Setidaknya ku paksa berdiri dan beranjak untuk pergi, menyalakan keran air mengalir suci di atas wajah kusut membasahi bumi, niatkan semuanya dalam hati dan memusatkan pikiran untuk fokus kembali, aku padamu yang mempunyai segala isi bumi...
Terimakasih Tuhan...
Terimakasih telah memberikan kedamaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H