Mohon tunggu...
Farhan Mustafid
Farhan Mustafid Mohon Tunggu... Penulis - penulis

"Ke-Aku-an" Ini perkara baju, tapi ketelanjangan "diri" yang begitu Sunyi dalam riuh-riuh realitas.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Anies Intelektual (Academics), Ganjar (Populist Leader), Prabowo (Strategic Maker)

31 Juli 2023   17:37 Diperbarui: 31 Juli 2023   17:41 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: YouTube Zulfan Lindan Unpacking Indonesia 


Saya mencoba meresume dan menguraikan Dalam sebuah podcast.   YouTube Zulfan Lindan Unpacking Indonesia, yang berjudul : "Budiman Sudjatmiko; Presiden Jokowi Harus punya Legitimasi dan Legalitas Kuat".

Ketika Zulfan Lindan berstatament memantik bahwa  "saya sudah sering menganalisa tiga  capres ini ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi kan lain kalau bung Budiman yang berbicara"

Lalu Budiman Sudjatmiko menjawab: "Saya pikir ketiganya ini yang tangkap kesan pertama.

Anies seorang Intelektual (Pengajar Akademisi) PhD, Ganjar lebih ke (Populist Leader) pemimpin yang pendekatannya populis, Prabowo lebih kepada seseorang (strategic maker). Saya melihat ketiganya memiliki kekuatan seperti itu. Sedangkan kelemahannya, Anies mengalami kesulitan dalam menerjemahkan ide-idenya kedalam policy bukan sekadar program policy itu menggabungkan antara aktivitas dengan konsep strategis kemudian ditaro dimana dan menjadi sebuah keputusan disitu dia sering ambigu. Prabowo adalah bagaimana pun juga meskipun sudah lama tidak di Militer bagaimana juga seorang Militer itu biasanya orientasinya Hasil sehingga kemudian orang mengkhawatirkan apa ada proses dialog ketika apalagi kemudian dia jadi Presiden ada situasi krisis tentu ada pilihan-pilihan sendiri bagi seorang militer apakah dia akan ada  ruang dialog, sedangkan Ganjar sebagai seorang "Populis Leader" kritik atau kurangnya barangkali pendekatan-pendekatan teknokratisnya kurang, yang mana memang kita butuh juga pendekatan-pendekatan teknokratis kedepan bukan sekedar populis ini penting, jadi ada kelebihan dan kekurangannya.

Jadi Indonesia ini butuh yang seperti apa?

Sebetulnya ada yang bisa menggabungkan semuanya  yang disebut pemimpin-pemimpin bisa menggabungkan teknokrasi dengan kerakyatan pemimpin-pemimpin yang menggabungkan antara strategic thinking dengan democratic engagement dialog-dialog demokratis yang bisa menggabungkan ide-ide besar dan kebijakan-kebijakan di level tengah yang kemudian bisa menyambungkan antara yang ke pendek dan jangka panjang, bukan dari ide langsung ke program itu tidak bisa harus kebijakan dulu, kepemimpinan yang down to earth future is menyongsong masa depan yang yang membumi dimungkinkan ada teknologi hari ini dan kita harus memeluk itu harus melakukan partisipasi itu, namun karena di lain pihak karena itu 6 hal yang di atas tadi hasil diskusi Budiman dan luhut Binsar Pandjaitan beberapa hari yang lalu menarik, seperti  digitalisasi, dekarbonisasi, aktiviti dana desa, hilirisasi, dan pendidikan. yang ke enam yaitu konsisten dilakukan maka kita bisa mengatasi ini pertanyaannya adalah pasti 6 hal ini tidak akan bisa selesai dalam 5 tahun ke depan lalu apa hal yang bisa memungkinkan semua hal ini akan selesai?

Sementara setiap jalan itu butuh pengorbanan pasti akan menghasilkan konflik, kritik dan resistensi, menurut budiman yaitu "persatuan", persatuan  adalah yang antara teknokratis dan populist dengan  strategic thinking dengan dialogis itu. Menurut budiman itu kepemimpinan yang membumi dan menyongsong masa depan.

Jadi kesimpulannya adalah dari tiga figur ini maju sebagai capres, ada di antara mereka salah satu menang, mungkin semuanya diajak bergabung dalam kabinet, Menurut pengamatan Zulfan.

Sedangkan menurut Budiman Asumsinnya itu bahwa sudah menang menjalankan pemerintahan, tapi kan sebelum menjalankan pemerintahan ada namanya sebelum exercising the power sebelum menjalankan kekuasaan kan ada namanya wining the power bagaimana merebut kekuasaan itu ,soal merebut kekuasaan dan perolehan angka suara dalam pemilu presentasinya itu menunjukan legitimasi yang besar bahwa beda 2% saja bisa menang itu bisa bisa saja atau  dilantik sebagai presiden Lula saja ikut Pilpres lagi bedanya tipis dengan bolsenaro 1% menang. Tetap dilantik walau beda 1%.

Tapi menurut saya ini sangat rentan dan rapuh untuk sebuah tindakan-tindakan drastis. Presiden Indonesia tahun 2024-2029 harus banyak melakukan tindakan-tindakan drastis akibat dari tuntutan yang ada maupun problem yang ada dari agenda yang ada tindakan drastis untuk kita survive tindakan drastis untuk juga mengejar kemajuan tindakan drastis untuk melompati pagar 2 meter  atau 3 meter kira kira kita dikejar serigala dari belakang barangkali harus kita pikirkan nah ini menurut Budiman sekali lagi ini hal yang memang kurang banyak muncul diperbincangkan politik kita. Seolah politik itu kepemimpinan seolah kekuasaan saja satu. Yang kedua seolah olah kepemimpinan itu soal like and dislike soal elektabilitas saja, soal kuantitatif saja, menurut Budiman harus melampaui itu.

Sumber: https://youtu.be/YEKhffiUWFM

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun