Mohon tunggu...
Farhan Mustafid
Farhan Mustafid Mohon Tunggu... Penulis - penulis

"Ke-Aku-an" Ini perkara baju, tapi ketelanjangan "diri" yang begitu Sunyi dalam riuh-riuh realitas.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menelanjangi Cemoohan dengan Sastra dan Tulisan

6 Juli 2023   16:01 Diperbarui: 6 Juli 2023   16:02 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Tribun Batam

Menyanggah cara pikir yang bebal, impulsif dan  pandir, dengan pendekatan sastra. tentunnya. Seorang filsuf Eksistensialisme yaitu Jean Paul Satre menyebutkan bahwa : "Orang lain adalah neraka", dalam dinamika kehidupan sosial seseorang akan jadi objektivitas buah bibir masyarakat, atau seseorang terlampaui mengintervensi kehidupan personal kita dan menyerang secara personal. Baik itu yang kenal dan tidak kenal, dengan pendekatan sastra, semiotika, satire, parodi. Tentunnya seseorang itu akan merasa ditelanjangi, tentunya cara cara seperti ini biasanya bagi yang bisa mencernannya. Kalau tidak? Mungkin ia pintar, lalu hal hal yang unik dari realitas sosial seseorang terkadang ingin mengelabui kita dengan caranya masing-masing seperti, Relasi kuasa,  karena secara fundamental dan eksistensialis Semua orang sama sama ingin diakui keberadaannya. Mengapa begitu?Sebab Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai orang-orang yang senantiasa ingin menonjolkan dirinya, diantara beberapa orang yang ada. Tentu saja mereka ingin orang lain mengakui keberadaanya. Biasanya mereka yang suka menonjolkan dirinya adalah orang yang memiliki suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain (kelebihan dalam hal apapun). Segala cara, dan segala media yang ada, mereka gunakan untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Maka dari situ saya menawarkan dengan cara pendekatan pendekatan sastra karena indah dan piawai didengar ke telinga, tentunya cara-cara seperti ini sudah dipakai oleh para tokoh seperti: Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, Tan Malaka, serta Agus Salim. Di sidang kabinet dan perdebatan lainnya sungguh sangat piawai para tokoh ini menggunakan metode sastra, dialektika yang mampu mengelabui lawan bicarannya, pastinya butuh literatur yang luas kuat agar nutrisi dan kaya akan pemikiran intelektual agar elok dan tidak terbatas ketika dilontarkan.

Hal yang paling sering kalian alami seperti
Ketika : "seseorang  menggiring opini terhadap suatu kelompok untuk tidak menyukai objek". Nah, disitu kita bisa menggunakan dengan metode satire, sarkas, parodi, dan berkarya yaitu dengan tulisan, lebih Piawai lagi sampai membuat buku!.

Saya suka sarkasme. 

Ini seperti meninju orang di wajah, tetapi dengan kata-kata. Pun dengan sastra, saya bisa menyelami pemikiran orang "kamu pandai bersandiwara, sayangnya tidak mudah mengelabuiku"

Farhan Mustafid. S.H.  Penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun