Mohon tunggu...
Farhan Mufid Muhammad
Farhan Mufid Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Hobi membaca novel, menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Respon Indonesia Terhadap Konflik Rusia-Ukraina: Analisis Sikap yang Mendukung Rusia

8 Desember 2024   01:21 Diperbarui: 8 Desember 2024   18:52 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kebijakan Indonesia menunjukkan prinsip bebas aktif dalam konflik Rusia-Ukraina, mengutuk agresi militer tetapi tidak menyebut Rusia secara eksplisit sebagai pihak agresor. Sikap ini menunjukkan cara diplomasi Indonesia yang berhati-hati untuk menghindari keterikatan dengan blok tertentu sambil mempertahankan kepentingan nasionalnya.

Dilihat dari beberapa keputusan dan tindakan politik Indonesia, respons Indonesia terhadap konflik Rusia-Ukraina menunjukkan sikap yang lebih condong ke arah Rusia. Hal ini dapat dilihat dari Indonesia yang berusaha untuk tidak terikat pada blok politik tertentu dan tetap netral dalam kebijakan internasionalnya, berdasarkan prinsip bebas aktif. Meskipun Indonesia mengutuk agresi militer dan meminta penyelesaian damai, tidak ada yang menyebut Rusia sebagai agresor dalam konflik Rusia-Ukraina secara eksplisit. Hal ini menunjukkan cara berdiplomasi yang bijak dan praktis.

Hubungan sejarah yang kompleks antara Ukraina dan Rusia berasal dari masa ketika negara itu menjadi bagian dari Uni Soviet hingga kemerdekaannya pada tahun 1991. Rusia menentang keras upaya Ukraina untuk memperkuat hubungannya dengan Barat setelah mendapatkan kemerdekaan. Ini termasuk keinginan untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa.

Selain itu, konflik ini mengubah politik internasional, dengan NATO meningkatkan kehadiran di Eropa Timur sebagai tanggapan terhadap agresi Rusia. Banyak negara anggota memperkuat anggaran pertahanan mereka dan memperkuat aliansi militer mereka untuk menghadapi ancaman potensial dari Rusia.

Hubungan perdagangan antara Indonesia dan Rusia tidak terganggu selama konflik berlangsung. Indonesia terus mengimpor sejumlah barang dari Rusia, termasuk energi. Perdagangan antara Indonesia dan Rusia pada tahun 2021 mencapai sekitar $2,6 miliar, sebagian besar terdiri dari barang minyak, gas, dan petrokimia. Rusia juga menyuplai sekitar 64% dari ekspor energi Indonesia.

Menurut data ekspor Indonesia ke Rusia meningkat sebesar 4,71% antara tahun 2019 dan 2023,. Minyak sawit senilai $632,6 juta, suku cadang mesin, karet, dan olahan makanan adalah komoditas utama yang diekspor pada tahun 2023. Peningkatan ini menunjukkan bahwa hubungan perdagangan tetap stabil meskipun ada ketegangan geopolitik.

Impor Indonesia dari Rusia juga tumbuh 22,24% selama periode yang sama. Batu bara bituminus, besi baja, pupuk, dan serealia adalah barang impor. Ini menunjukkan bahwa Indonesia masih bergantung pada sumber daya alam Rusia untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya.

Selain hubungan ekonomi, Indonesia dan Rusia memiliki hubungan militer yang erat. Indonesia telah membeli berbagai jenis senjata dan peralatan militer dari Rusia, termasuk helikopter, pesawat tempur, dan sistem pertahanan udara. Salah satu kesepakatan penting yang dibuat pada tahun 2018 adalah pembelian jet tempur Sukhoi SU-35, meskipun hubungan ini mengancam sanksi dari negara-negara Barat.

Selain itu, Indonesia dan Rusia melakukan latihan militer bersama. Salah satunya adalah Latma Orruda, yang diadakan pada November 2024. Tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan operasional angkatan bersenjata dan meningkatkan kerja sama pertahanan. Latihan seperti ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk bertukar teknologi dan pengetahuan militer.

Hubungan milter maupun ekonomi yang masih terjalin dengan erat ini berdasarkan atas target perdagangan bilateral antara Indonesia dan Rusia adalah mencapai $5 miliar pada tahun 2024. Diharapkan bahwa perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) akan memperkuat kerja sama ini karena banyak sektor yang masih memiliki potensi untuk dieksplorasi.

Hal ini menunjukkan kepercayaan Indonesia terhadap kemampuan militer Rusia, Indonesia telah membeli alutsista seperti pesawat tempur Sukhoi dari Rusia. Selain berfokus pada pengadaan senjata, kerja sama ini juga mencakup transfer teknologi dan latihan militer yang dilakukan secara bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun