Kesadaran sosial (social awarness)
Sebelum kita membahas tentang kesadaran sosial mari kita mengenal dan mengetahui terlebih dahulu pengertian dan penjelasan tentang kesadaran sosial
(self awarness)
- Kesadaran sosial adalah ( kesadaran seseorang secara penuh akan hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat. ) Menurut kamus besar bahasa indonesia (kbbi)
- (Kesadaran sosial merupakan upaya yang dapat dicapai dengan proses interaksi serta didukung dengan pendidikan. Kesadaran sosial terkonstruksikan oleh suatu kesadaran diri atau Self Awareness yang menjadi struktur dasar sebagai pendukung sistematika di dalamnya. Kesadaran sendiri dapat dibedakan ke dalam 3 dimensi atau bentuk. Menurut perspektif dari Sheldon yang mengemukakan bahwa kesadaran sosial memiliki tiga dimensi, yaitu tacit awareness, focal awareness, dan awareness content. ) Menurut NAMIRA SUADA BACHARIE
Pada suatu hari ada seorang anak yang bernama agung ketika itu dia berumur 5 tahun, dan anak itu memiliki watak dan karakteristik yang keras karena faktor watak orangtuanya dan lingkungannya, contoh watak yang dimaksud keras disini ialah seperti dia melakukan tingkah dan prilaku yang kurang baik atau perbuatan yang kurang baik kemudian pengasuh/orangtuanya membenarkannya atau memberitaunya tentang mana hal yang baik dan mana hal yang buruk namun anak itu tetap kokoh terhadap pendiriannya dan tidak mau untuk dibenarkan, dan pada suatu saat si agung sedang mengganggu atau bisa di bilang sedang menjaili temannya sampai temannya menangis, dan temannya itu mengaduh kepada gurunya/pengasuhnya, kemudian guru/pengasuhnya menenangkan temannya yang sedang menangis karna ulah si agung, dan akhirnya temannya itu berhenti dari tangisannya setelah ditenangkan oleh gurunya, dan ketika itu juga guru/pengasuhnya memanggil si agung tersebut dan memberitaunya bahwasanya perbuatan yang ananda agung lakukan itu kurang baik dan tidak benar, dan expresih wajah anak itu menunjukan bahwasanya dia tidak terima dan tidak mau mendengarkan atas apa yang telah dikatakan oleh gurunya, itulah alasan kenapa anak itu memiliki watak dan karakteristik yang keras, dan seiring berjalannya waktu anak itu ketemu dengan guru/pengasuh yang memiliki suatu kelekatan yang cukup baik dengan dirinya, dan guru/pengasuh itu secara perlahan membantu ananda agung untuk membangunkan dan memicu timbulnya kesadaran sosial terhadap diri anak itu, sehingga anak itu mampu untuk mengenali perasaan orang lain dan mampu mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anak dan murid.
1. Menurut wafaul ahdi ( Kesadaran sosial atau Self Awarness yaitu keadaan dimana seseorang dapat menyadari akan kekuatan serta kelemahan yang ada didalam dirinya dengan rasa percaya diri yang kuat serta perasaan optimis yang tertanam didalam jiwanya.
2. Menurut aisyah rodhwa nisa (Belajar dari rumah telah terjadi sejak awal tahun 2020 yang disebabkan karena adanya pandemi Covid-19. Pembelajaran yang dilakukan anak dari rumah bersifat dalam jaringan (daring) dimana dalam proses pembelajarannya anak-anak didampingi orangtua untuk memahami penjelasan yang disampaikan guru hingga mampu menyelesaikan tugas yang diberikan, termasuk memantau perkembangan sosial emosional anak, termasuk kesadaran diri anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesadaran diri (social awareness) anak usia 4-5 tahun selama belajar dari rumah. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan membuat panduan wawancara dalam bentuk Google Form dimana tautannya disebarkan kepada responden melalui grup whatsapp. Subjek penelitian adalah orangtua murid dengan anak usia 4-5 tahun yang menyekolahkan anak-anaknya di TK di Al- Azhar 4 Depok.
3. Menurut Solovey dan Mayer dalam Anthony Dio Martin, 2003: 27-28 menjelaskan kesadaran sosial adalah (kesadaran diri social awareness adalah kemampuan mengobservasi dan mengenali perasaan yang dimiliki diri sendiri. Goleman 1999:42-43 mengatakan bahwa kesadaran diri merupakan bagian dari kecakapan pribadi dengan indikator mengenali emosi diri dan efeknya, mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri serta kepercayaan diri akan kemampuan dan harga diri yang dimiliki. Lebih jauh lagi Goleman menjelaskan kecakapan ini merujuk pada pengaturan diri dengan indikator dapat mengelola emosi dan desakan-desakan hati yang merusak, memelihara norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, keluwesan dalam menghadapi perubahan, mudah menerima gagasan, pendekatan dan informasi-informasi baru. Kesadaran diri mencakup kemandirian individu. Dalam buku ledakan EQ 2004: 105 Stain dan Howard berkata: “Kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan betindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosinal. Orang yang mandiri mengandalkan dirinya sendiri dalam merencanakan dan membuat keputusan penting. Kendati demikian, mereka bisa saja meminta dan mempertimbangkan pendapat orang lain sebelum akhirnya membuat keputusan yang tepat bagi mereka sendiri. Ingat, meminta pendapat orang laian jangan selalu dianggap pertanda ketergantungan. Orang yang mandiri mampu bekerja sendiri- mereka tidak mau bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan emosional mereka. Kemampuan untuk mandiri bergantung pada tingkat kepercayaan-diri dan kekuatan batin sesorang, dan keinginan untuk memnuhi harapan dan kewajiban tanpa diperbudak oleh kedua jenis tuntutan itu.” Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa kemandirian tidak diartikan sendiri dalam menyelesaikan segala urusan. Dalam kemandirian masih ada nilai- 18 nilai kerjasama seperti meminta pendapat pada orang lain dalam proses pengambilan keputusan. Mandiri ialah kepercayaan pada diri sendiri atas dasar kekuatan batin sehingga individu yang mandiri tidak bergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan emosional. Jadi mandiri tidak diartikan melepaskan diri dari orang lain.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H