Mohon tunggu...
Farhan Alfarizi Iskandar
Farhan Alfarizi Iskandar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Al-Azhar Indonesia

Seorang penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sisi Lain Video Game

25 Juli 2023   20:02 Diperbarui: 25 Juli 2023   20:14 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dream.co.id/lifestyle/berapa-lama-sebaiknya-anak-bermain-video-game-1408072.html

Video game, siapa si yang tidak tahu dengan hal ini? Pada zaman yang serba modern ini mana mungkin ada orang yang tidak tahu dengan Video game. Video game adalah permainan elektronik di mana pemain berinteraksi dengan antarmuka pengguna. Video game memungkinkan pemain -- orang yang bermain video game berinteraksi dengan karakternya dan atau/ pemain lain. Video game dibuat untuk bersenang-senang dan membuat ketagihan, jadi kapan pun kita merasa lelah, kita dapat memilih ini sebagai relaksasi kita. 

Hal ini adalah target utama yang digunakan oleh orang tua kita, hal yang membuat ketagihan. Maka, ketika kita mendapat masalah dengan sesuatu, orang tua kita akan langsung menyalahkan video game. Video game bukanlah alasan orang menjadi bodoh.

1. Salah anak mereka

Pertama-tama, itu bukan kesalahan video game tetapi anak-anak mereka. Begitu banyak orang tua menyalahkan video game karena anak-anak mereka mendapat nilai buruk di sekolah, dan mereka akan langsung menuduh video game. Sebenarnya, bukan video game masalahnya, melainkan anak-anak mereka. Hal ini bertentangan dengan tujuan dari dibuatnya video game yaitu untuk bersenang-senang, untuk relaksasi, sehingga orang bisa berelaksasi ketika mereka membutuhkan situasi yang menenangkan atau menyenangkan setelah melakukan aktivitas mereka. Maka aneh jika orang tua menyalahkan bahwa yang membuat anak mereka malas belajar.

2. Kurangnya pengawasan orang tua

https://hybrid.co.id/post/antara-orang-tua-dan-gamer
https://hybrid.co.id/post/antara-orang-tua-dan-gamer

Kedua, aktivitas video game anak-anak yang tidak terkendali, misalnya kurangnya pengawasan atau perhatian orang tua. Kasus ini sering terjadi ketika orang tuanya selalu sibuk, selalu berkata "tidak punya waktu" kepada anaknya. Jadi, secara spontan anak-anak memilih pelarian dengan bermain video game. Satu hal lagi yang sangat penting tetapi sebagian besar orang tua lalai adalah tidak ada aturan rumah yang terkait dengan video game dan tidak ada kausalitas. Ini fatal, terlebih tipe orang tua yang cuek, anak-anak akan seenaknya bermain video game kapan saja dan mereka tidak akan tahu apa akibat dari apa yang telah mereka lakukan.

3. Mengasah kemampuan otak

https://ggwp.id/media/tekno/aplikasi/game-iq-tinggi
https://ggwp.id/media/tekno/aplikasi/game-iq-tinggi

Sudah menjadi rahasia umum bahwa video game bersifat adiktif dan kebiasaan bermain video game tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita saat ini terlebih pada era modern ini. Maka tidak heran jika banyak orang yang bermain dan menikmati video game sebagai bagian dari kehidupannya. Tahukah kamu selain hanya untuk berelaksasi bermain video game juga bisa mengasah otak? Misalnya, jika kita bermain game strategi, secara tidak langsung otak kita dipaksa untuk berpikir, membuat skenario bagaimana cara mengalahkan musuh. Maka bisa disimpulkan bahwa video game bisa meningkatkan teamwork, problem solving, dan keterampilan.

4. Membuka lapangan pekerjaan

https://www.invenglobal.com/articles/18034/t1-win-the-2022-league-of-legends-world-championship
https://www.invenglobal.com/articles/18034/t1-win-the-2022-league-of-legends-world-championship

Selain itu, dalam aspek hiburan, video game bisa dijadikan sebagai pekerjaan. Jika seseorang memiliki skill gameplay yang bagus, mereka bisa menjadi pemain professional -- orang yang bermain video game secara profesional, dan mereka tidak bermain secara gratis tetapi dibayar oleh perusahaan tertentu (seperti tim e-sport, perusahaan, dll). Di satu sisi, jika seseorang hanya bermain apa adanya dan mereka merekam gameplay mereka, mereka bisa menjadi livestreamer -- orang yang menyiarkan aktivitas mereka secara langsung, ketika seseorang menyumbang kepada mereka, mereka akan mendapatkan uang dari sumbangan tersebut.

Kesimpulannya, video game memiliki lebih banyak manfaat daripada yang dipikirkan generasi kita sebelumnya. Tadi yang dikira orang tua kita hanya menghabiskan waktu saja, ternyata bisa meningkatkan skill kita, mengasah kemampuan otak, dan membuka lapangan kerja baru. Mungkin sebelumnya hanya miskomunikasi antara orang tua dengan info yang beredar, karena balik lagi, mereka hidup di zaman yang berbeda dengan kita. Kembali lagi, kita harus mengatur waktu kita antara belajar dan atau melakukan kewajiban kita dengan bermain video game.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun