Mohon tunggu...
FARHANAH MAULINDA
FARHANAH MAULINDA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Padjadjaran

ketertarikan dalam penulisan sosial dan budaya masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna Tradisi Ngeliwet

28 Februari 2024   11:10 Diperbarui: 28 Februari 2024   11:11 2003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu Tradisi makan khas masyarakat Sunda di Jawa Barat adalah ngeliwet. "Ngeliwet" berasal dari kata "ngeluwurkeun", yang berarti mengeluarkan atau menyajikan makanan dalam satu loyang atau wadah. Tradisi ini tidak hanya makan bersama, tetapi juga menunjukkan nilai-nilai kuat masyarakat Sunda tentang kebersamaan, gotong royong, dan kekeluargaan antar masyarakat Sunda. Tradisi ngeliwet ini bukan hanya berisi acara makan-makan, tetapi juga momen untuk mempererat hubungan antara anggota keluarga atau warga komunitas lainnya. Budaya makan bersama mengajarkan nilai-nilai gotong royong, saling berbagi, dan kepedulian satu sama lain, sedangkan bentuk tumpeng juga dianggap sebagai simbol keberuntungan dan keberkahan.

Salah satu ciri khas budaya ngeliwet yaitu menggunakan nasi yang dimasak dengan menambah santan, daun salam, daun pandan, dan rempah-rempah lainnya. Selanjutnya, nasi liwet disajikan dalam dulang besar atau wadah yang disebut tampah. Sebagai pelengkap, tumpeng biasanya dihiasi dengan berbagai lauk pauk seperti ikan asin, tempe, tahu, sayur-sayuran, dan juga sambal.

Proses ngeliwet sendiri dilakukan secara kolektif, melibatkan seluruh keluarga atau masyarakat. Mulai dari menyiapkan bahan-bahan, memasak nasi liwet, menyusun hidangan di atas tumpeng, dan menyelesaikan makan bersama-sama. Semua kegiatan ini dilakukan dengan senang hati dan sangat akrab. Tidak hanya dalam lingkup makan bersama keluarga, Budaya ngeliwet sering terjadi di luarnya dan pada acara spesial seperti ulang tahun, pernikahan, atau acara keagamaan. Dalam situasi ini, ngeliwet berfungsi sebagai simbol kebahagiaan dan kesyukuran yang diungkapkan melalui kebersamaan dan berbagi dengan orang-orang yang dicintai.

Meskipun budaya ngeliwet berasal dari tradisi Sunda, nilai-nilainya juga diterima oleh masyarakat luas sebagai contoh kebersamaan dan solidaritas. Dengan demikian, budaya ngeliwet bukan hanya menjadi bagian dari warisan lokal, tetapi juga sebagai inspirasi untuk memupuk semangat kebersamaan dan kekeluargaan dalam kehidupan sehari-hari.

Di balik keindahan tradisi ngeliwet, ada tantangan untuk mempertahankannya. Globalisasi dan modernisasi mengubah gaya hidup orang, termasuk makan. Oleh karena itu, sangat penting untuk terus mengkampanyekan dan melestarikan tradisi ngeliwet agar tetap hidup dan tidak pudar ditelan perubahan zaman. Upaya untuk melestarikan tradisi ngeliwet dapat melibatkan banyak orang, seperti pemerintah, komunitas lokal, dan industri kuliner. Pelajari cara memasak nasi liwet secara tradisional, melakukan promosi melalui media sosial, dan mengadakan acara berskala besar semuanya dapat membantu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun