Mohon tunggu...
Farhan Adhitiya faisal
Farhan Adhitiya faisal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

halo saya farhan adhitiya faisal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenang Fenomena Yang Terjadi Pada 5 Tahun Silam Di Selat Sunda

18 Mei 2024   13:58 Diperbarui: 18 Mei 2024   14:01 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tsunami 2018 di Selat Sunda, juga dikenal sebagai Tsunami Anak Krakatau, adalah bencana alam yang menghancurkan selat Sunda di Indonesia pada 22 Desember 2018. Hal ini disebabkan oleh tanah liat besar di sisi barat daya Anak Krakatau, sebuah pulau vulkanik yang terletak di Selat Sunda, yang kemudian menghasilkan gelombang tsunami yang menyerang beberapa wilayah pesisir di provinsi Banten dan Lampung.

Penyebab dan Dampak

Tsunami itu disebabkan oleh bagian yang signifikan dari sisi barat daya Anak Krakatau yang runtuh ke dalam kaldera, mengakibatkan gelombang tsunami besar yang menyerang daerah pesisir Banten dan Lampung. Bencana itu terjadi pada malam hari, yang, dikombinasikan dengan kurangnya peringatan, berkontribusi pada jumlah korban yang tinggi. Tsunami itu mengakibatkan 426 orang tewas, 14.059 orang terluka, dan 25 orang hilang.

Kerusakan dan Dampak Ekonomi

Tsunami menyebabkan kerusakan besar-besaran pada struktur dan infrastruktur di daerah yang terkena dampak. Lebih dari 400 bangunan, termasuk villa dan resor, rusak parah atau hancur, dengan desa Distrik Sumur di Pandeglang Regency hampir dimusnahkan. Dampak ekonomi yang signifikan, dengan industri pariwisata di Indonesia sangat terpengaruh. Banyak wisatawan membatalkan reservasi mereka, dan bisnis lokal menderita kerugian akibat tsunami. Pemerintah Indonesia menanggapi dengan memasang sistem peringatan awal darurat di daerah yang rentan tsunami untuk mencegah bencana seperti itu di masa depan.

Aktivitas dan respons vulkanik

Setelah tsunami, aktivitas vulkanik Anak Krakatau meningkat secara signifikan. Sebuah letusan besar terjadi pada 26 Desember 2018, yang terdengar oleh penduduk Cianjur, Jawa Barat, dan Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan, lebih dari 200 kilometer dari gunung berapi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) menaikkan status gunung berapi ke Level 3, tingkat bahaya tertinggi kedua, dan warga dilarang melakukan kegiatan dalam jarak 5 kilometer dari gunung.


Pelajaran yang dipelajari dan mitigasi masa depan

Tsunami Selat Sunda 2018 menekankan pentingnya sistem peringatan dini dan persiapan bencana. Pemerintah Indonesia telah menginstal beberapa sistem peringatan awal darurat di daerah-daerah yang rentan tsunami untuk mendeteksi gangguan yang signifikan pada tingkat air, termasuk perubahan yang disebabkan oleh aktivitas gunung berapi atau tanah liat bawah laut. Bencana ini juga menekankan kebutuhan untuk strategi manajemen bencana yang lebih komprehensif, termasuk prosedur evakuasi dan rencana tanggap darurat, untuk meminimalkan dampak bencana tersebut di masa depan. Kesimpulannya, tsunami Selat Sunda 2018 adalah peristiwa bencana yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan kerusakan properti yang signifikan. Bencana ini disebabkan oleh tanah liat di Anak Krakatau, yang menghasilkan gelombang tsunami besar yang menyerang wilayah pesisir Banten dan Lampung. Dampak tsunami diperburuk oleh kurangnya peringatan dan pengaturan waktu malam. Respon terhadap bencana termasuk peningkatan aktivitas gunung berapi dan instalasi sistem peringatan awal darurat untuk mencegah bencana serupa di masa depan.Tsunami 2018 di Selat Sunda, juga dikenal sebagai Tsunami Anak Krakatau, adalah bencana alam yang menghancurkan selat Sunda di Indonesia pada 22 Desember 2018. Hal ini disebabkan oleh tanah liat besar di sisi barat daya Anak Krakatau, sebuah pulau vulkanik yang terletak di Selat Sunda, yang kemudian menghasilkan gelombang tsunami yang menyerang beberapa wilayah pesisir di provinsi Banten dan Lampung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun