Mohon tunggu...
Farhan Junaidi
Farhan Junaidi Mohon Tunggu... Penulis - farhan junaidi, sekolah di perguruan tinggi universitas muhammadiyah malang

Tidak ada yang menjadi sia sia Dalam perjalanan untuk Mencari Ilmu dengan keyakinan hati yang tulus, dan Ikhlas agar bisa tercapainya menjadi Insan yang berguna selama hidupnya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Proses Ikhlas Semasa Kehilangan

27 November 2020   18:44 Diperbarui: 27 November 2020   19:02 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah merasakan kehilangan ?....

Saya rasa semua orang perna merasakannya dengan hal ini, kehilangan orang tua, kehilangan kekasih dan Jati diri. Ketika seseorang mengalami kehilangan, bukan hal yang mudah untuk bangkit dan menjadi lebih baik, terlebih jika kehilangan tersebut karena kehilangan sesuatu yang berharga atau sesuatu yang sangat di cintai dalam semasa hidupnya.

Kosong hampa. Rasa gamang yang menyeruak dalam diri seseorang tiba-tiba hadir dalam kondisi tertentu. Ada perasaan yang bahkan tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata karena bingung entah apa yang harus di ungkapkan dan Ntah apa yang bisa di ungkapkan. Hanya diri sendiri yang tahu rasa itu setiap fase yang di hadapi. (NUR CHASANAH, BERDAMAI DENGAN KEHILNAGAN)

Ketika ketergantungan manusia kepada tuhannya dan penuh keyakinan dengan spiritualitasnya untuk tercapainya ke tulusan hati yang haqiqi dengan penuh penyerahan diri kepada sang pencipta.

Percayalah bahwa semua akan baik baik saja, di saat manusia dengan keyakinannya dengan memiiliki hubungan batin kepada tuhan, bahwa semuanya akan baik-baik saja, dan takdirpun akan pastinya datang dengan waktu yang telah sudah ditetapkan oleh tuhan, dan dengan proses suatu kehidupan adalah merupakan suatu hakikat dalam menjalaninya, dengan hasilnya adalah sebuah syariat.  

Dengan itu Ketika manusia baru saja mengalami suatu kehilangan, terutama kehilangan besar dalam kehidupan, artinya takdir tuhan telah tepat pada waktunya, maka ada suatu tahapan dalam sampai mendapatkan suatu ke ikhlasan untuk menerimanya.

Merelakan adalah tahapan pertama, karena bagaimanapun setiap yang berada di dunia akan menghilang dan tidak akan bisa hidup bersamanya, sehingga kita bisa lebih menyerahkan dengan tulus hati kepada sang pencipta. Melepaskan berada di urutan ke dua untuk mengakhiri semuanya yang bukan dimiliki, kepemilikan ini adalah sekedar suatu amanah. Urutan yang terakhir itu adalah suatu ke Ikhlasan, yang dimana hanya bisa menyerahkan diri kepada tuhan.

Merelakan, melepaskan, mengikhlaskan, adalah suatu proses dalam kehidupan untuk penyerahan diri kepada tuhan, dengan ini kita bisa lebih tenang menjalani rasa kehilangan semasa hidupnya apa bila ketika bisa meraih suatu tahapan-tahapan yang terjadi dalam problematika dalam semasa kehilangan.

            "Jangan berduka, apa pun yang hilang darimu akan kembali lagi dalam wujud lain." (Jalaludin Rumi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun