Saat mendengar kata "buku," apa yang pertama kali terlintas di kepala Anda? Bagi banyak orang, mungkin perpustakaan adalah jawabannya. Wajar saja, karena perpustakaan telah lama menjadi tempat yang diandalkan untuk mencari dan membaca buku. Namun, pernahkah Anda terpikirkan tentang pasar buku tradisional? Tempat yang menawarkan pengalaman berbeda dan tak kalah menarik dibandingkan perpustakaan.
Pasar buku tradisional adalah surga tersembunyi bagi para pembaca buku. Di tengah modernisasi yang kian pesat, pasar buku tradisional tetap mempertahankan pesonanya. Di sini, Anda bisa menemukan berbagai macam buku, mulai dari yang baru hingga yang sudah langka dan sulit ditemukan di tempat lain. Pasar ini juga sering menjadi tujuan bagi kolektor buku antik yang berburu edisi pertama atau buku-buku dengan nilai sejarah tinggi.
Di Jakarta sendiri ada beberapa pasar tradisional yang memang telah dikenal lama sebagai sentra buku bacaan masyarakat, salah satunya adalah Pasar Buku Kwitang. Berlokasi di Jalan Kwitang Raya, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, Pasar Buku Kwitang buka mulai dari jam 8 pagi hingga 6 sore.
Atmosfer yang ditawarkan oleh Pasar Buku Kwitang bisa dibilang cukup berbeda dengan suasana formal perpustakaan. Mulai dari ramainya suara riuh para penjual yang menawarkan dagangannya, aroma kertas tua yang khas, dan tumpukan buku yang tersusun tidak rapi menambah daya tarik tersendiri. Interaksi langsung dengan para penjual juga menjadi pengalaman yang berharga. Banyak penjual buku di pasar buku ini yang memiliki pengetahuan mendalam tentang buku-buku mereka. Mereka seringkali bisa memberikan rekomendasi yang tepat atau bahkan berbagi cerita menarik di balik setiap buku yang dijual.
Selain itu, harga buku yang dijual di Pasar Buku Kwitang bisa dibilang lebih terjangkau dibandingkan dengan toko buku modern. Anda bisa menemukan buku berkualitas dengan harga yang sangat murah. Kisaran harga buku yang dijual di pasar ini mulai dari 10.000 Rupiah hingga 500.000 Rupiah, tergantung pada kondisi dan kelangkaan buku tersebut.
Pasar buku ini memiliki masa kegemilangannya di tahun 80-an, namun kini mulai kurang diminati oleh masyarakat. Eri Gunawan, yang merupakan salah satu pedagang di sana menjelaskan, "Meredupnya kegemilangan pasar buku ini dikarenakan mulai banyaknya penggunaan buku secara online atau e-book."
Demi mencegah punahnya usaha pasar buku tradisional di Jakarta, baru-baru ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENPAREKRAF) menjadikan Pasar Buku Kwitang sebagai Zona Khusus Literasi Indonesia. Perencanaan ini diharapkan dapat membangkitkan kembali geliat bisnis buku cetak di tengah serbuan buku online.
"Setelah dijadikan Zona Literasi Khusus, masyarakat ya harapannya biar mulai datang lagi beli buku cetak. Kalau bisa juga diajarin cara jualan buku online biar gak sepi lagi," ucap Eri Gunawan.
Saat saya tanya kenapa masih lebih memilih berjualan buku cetak pada masa sekarang, Eri menjelaskan, "Karena dengan kita masih berjualan buku cetak artinya kita masih menghargai buku dan pembuatnya. Kan sekarang juga biar banyak yang lihat buku dari internet banyak yang bajakan," jelasnya.
Selain adanya penjual, sudah lumrah di pasar ada pembeli juga. Pembeli di Pasar Buku Kwitang didominasi oleh kalangan pencinta buku yang mencari buku-buku lawas atau vintage. Sebut saja novelisasi lawas "Ada Apa Dengan Cinta" (AADC) hingga novel Harry Potter karya penulis terkenal Inggris, J.K. Rowling.