Dalam Islam, antara agama dan negara atau agama dengan tata masyarakat adalah sesuatu yang tidak dipisahkan. Namun bukan berarti tidak berbeda, hal tersebut dikarenakan memang amal Islam meliputi segenap interaksi manusia, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, maupun sesame makhluk hidup di dunia. Terdapat tiga hal yang menjadi doktrin Islam berkaitan dengan masalah egaliterianisme, pluralisme, dan toleransi, serta musyawarah. Ketiganya merupakan doktrin Islam yang berhubungan dengan pengaturan kemasyarakatan, dan menjadi ruh dari konsep masyarakat madani. Konsep yang pertama ialah Egalitarisme, Egalitarisme adalah salah satu konsep terpenting yang harus dikembangkan dalam membangun sebuah masyarakat. Konsep ini menjelaskan pentingnya semangat persamaan diantara sesame manusia, kesejajaran kedudukan dihadapan Tuhan.
Konsep yang kedua adalah Pluralisme dan Toleransi. Pluraslisme dan Toleransi ialah pilar utama bagi sebuah masyarakat. Sebuah masyarakat tidak pernah tegak tanpa adanya penghormatan terhadap keberagaman anggotanya, yang diwujudkan dalam bentuk toleransi. Dengan begitu dua terminologi tersebut tidak dapat dipisahkan, ialah suatu yang bersifat in a nutshell, dan saling bersinambungan antara Pluralisme dan Toleransi. Menurut Nurcholish Madjid, toleransi adalah persoalan ajaran dan kewajiban untuk melaksanakan ajaran itu. Toleransi tidaklah semacam netralisme kosong, yang bersifat procedural semata, akan tetapi suatu pandangan hidup yang bermula dalam kebenaran ajaran agama. Nurcholish Madjid juga mengatakan bahwa masyarakat sendiri akan mengakui bahwa toleransi adalah konsep yang akan memberi kesempatan terbaik kepada keimanan yang benar untuk menang.
Konsep yang ketiga ialah Musyawarah. Musyawarah adalah tiang penting selanjutnya berhubungan dengan interaksi yang terjadi dalam sebuah masyarakat. Konsep ini berhubungan dengan keterlibatan secara aktif semua anggota dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan persoalan yang menyangkut kepentingannya. Musyawarah dapat dilakukan pada saat sikap penghargaan terhadap perbedaan, penghormatan terhadap orang lain, dan juga pengakuan terhadap kesamaan kedudukan hadir dalam kalbu sebuah masyarakat. Musyawarah tidak dijadikan sebagai kaidah sistem politik, melainkan dijadikannya sebagai fondasi untuk berbagai kegiatan masyarakat.
- Ciri-Ciri Masyarakat Madani
Secara umum ciri-ciri yang terdapat di dalam civil society ialah hidup mandiri, mempunyai rasa toleransi yang tinggi, berperan aktif dalam segala pembuatan kebijakan publik, bekerja sama secara sukarela, mengedepankan nilai-nilai keadilan serta kejujuran, mengakui dan menghargai setiap perbedaan yang ada, mempunyai integritas nasional yang kuat, menjunjung tinggi HAM dan supremasi hukum serta bersifat terbuka dan transparan dalam segala hal. Dari semua ciri-ciri tersebut kita dapat mengambil lima point dalam masyarakat madani, yaitu sebagai berikut:
- Peran aktif rakyat. Rakyat dalam sebuah masyarakat madani tidak berkaitan secara penuh terhadap negara, akan tetapi berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup dan dirinya secara mandiri.
- Otonom. Masyarakat sipil atau masyarakat madani dimaknai juga sebagi masyarakat yang berusaha mencukupi kebutuhannya sendiri, selalu memperluas daya kreatifitas untuk mendapatkan kebahagian dan memenuhi kewajiban hidup dengan cara bebas dan mandiri, dan juga tetap mengacu pada perundangan dan hukum yang ada.
- Tidak bebas nilai. Masyarakat madani sangat mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan agar hal-hal yang dilakukan selalu berada dalam jalur kebijakan dan mendapatkan dampak positif pada masyarakat secara menyeluruh.
- Mementingkan rasa saling menghargai, menghormati, dan menerima segala macam perbedaan yang pada akhirnya dalam kedamaian yang dibuat terpancar keindahan ragam perbedaan yang memperbanyak budaya dan menjadikan nilai yang lebih positif. Masyarakat madani dituntut untuk menaruh permasalahan di atas perbedaan sehingga tidak menimbulkan perpecahan antara kelompok satu dengan yang lain nya yang berbau SARA.
- Terciptanya dalam badan organisasi yang rapid an modern dalam usaha penciptaan hubungan stabil antar elemen masyarakat.
- Konsep Pendidikan Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Konsep tentang pentingnya pendidikan Islam dalam mewujudkan masyarakat madani dapat kita lihat dari cara Islam memandang tentang persoalan interaksi sosial khususnya dalam bentuk silaturahmi dan tolong-menolong.
Melalui bentuk silaturahmi pendidikan Islam banyak membahas tentang penting nya membuat tali persilaturahmian seperti yang dijelaskan pada QS al-Nisa/4: 1. Ayat itu dengan jelas memerintahkan kita untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan menjaga hubungan silaturahmi. Ketaqwaan dapat menunjukkan kita kepada kebaikan hubungan dengan sesama manusia. Terutama yaitu dalam hal menyambung tali silaturahmi atau tali persaudaraan kepada keluarga yang masih terdapat hubungan nasab, yaitu keluarga kita sendiri, seperti bapak, ibu, anak lelaki, anak perempuan, maupun keluarga yang memiliki hubungan darah dengan kita.
Terdapat banyak cara untuk menjalin tali silaturahmi. Salah satu caranya ialah dengan berkunjung kepada keluarga, saling memberikan hadiah, ataupun dengan penghargaan yang lain terhadap orang tersebut. Sambunglah tali silaturahmi dengan cara yang halus atau berlemah-lembut, mengasihi sesama, dan wajah yang bahagia, menghormati, dan dengan segala cara yang diketahui oleh manusia dalam menjalin silaturahmi. Dengan silaturahmi kehidupan akan berjalan dengan damai tanpa adanya pertikaian antar individu ataupun kelompok sebagaimana yang diterangkan dalam konsep masyarakat madani. Dalam Islam sendiri silaturahmi termasuk salah satu cara kita agar bisa mendapatkan surga dari Allah SWT. Sebaliknya orang yang tidak menjaga tali silaturahmi atau persaudaraan kepada sesama manusia akan mendapatkan hukuman ataupun ganjaran atas perbuatannya. Dalam Islam sendiri orang yang memutuskan tali silaturahmi ialah tergolong orang yang masuk kedalam neraka nya Allah SWT.
Dalam Islam sendiri tolong-menolong sesama makhluk telah disampaikan oleh Allah SWT melalui QS Al-Maidah/5: 12 dimana dalam ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa kita sebagai manusia hendak nya saling tolong-menolong dalam hal kebajikan dan taqwa, dan janganlah sekali-kali tolong-menolong dalam hal keburukan. Keburukan yang dimaksud disini ialah sikap tolong-menolong seperti mencuri, bekerja sama saat ujian berlangsung, bekerja sama untuk menjahili seseorang, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud pada kebajikan dan taqwa disini tidak hanya dalam hal material semata, akan tetapi juga dalam hal moral seperti pemberian bimbingan dan petunjuk ke arah yang benar atau jalan kebaikan. Dalam arti lain, ajaran Islam juga memandang manusia sebagai makhluk atau umat yang satu, yang harus mengedepankan persatuan, nilai-nilai persatuan ini muncul dan bersumber dari ajaran tentang persaudaraan, dalam makna dimana hakikat nya manusia adalah umat yang satu.
- Penerapan Masyarakat Madani di Indonesia
Masyarakat Indonesia memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan negara-negara lain. Cir tersebut, yaitu:
- Terdapat keberagaman di dalam masyarakat Indonesia
- Perilaku saling mengerti antar sesama masyarakat
- Memiliki toleransi antar suku, ras, dan agama yang tinggi
- Dan juga mempunyai sanksi moral
Masyarakat madani di Indonesia sudah dimulai pada saat terjadinya perubahan sosial ekonomi pada masa colonial atau penjajahan bangsa eropa. Terutama pada saat kapitalisme mulai diperkenalkan oleh Belanda. Hal tersebut lah yang memicu terjadinya pembentukan sosial melalui proses industrialisasi, urbanisasi, dan pendidikan modern. Dari masa orde lama sampai dengan masa reformasi saat ini, permasalahan dalam perwujudan masyarakat madani di Indonesia dapat dilihat dari hal yang sama. Menurut Raharjo terdapat tiga cara dalam mencapai kehidupan masyarakat madani, yaitu:
- Harus menanamkan nilai religiusme yang didukung oleh jaminan keamanan
- Harus menanamkan semangat insan pancasilais
- Memperdayakan kaum cendikiawan/alumni luar negeri bangsa Indonesia melalui pemberian peran rill
- Memiliki sanksi tegas terhadap penyalahgunaan kekuasaan dan anggaran tanpa mengesampingkan asas praduga tak bersalah
Dalam penjelasan tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa penerapan masyarakat madani di Indonesia tidak dapat ditempuh melalui proses yang radikal dan cepat, akan tetapi proses yang sistematis dan berharap serta cenderung lambat, ialah melalui usaha memberdayakan masyarakat dalam segala aspek kehidupan.