[caption id="attachment_183474" align="aligncenter" width="540" caption="Ketika setiap manusia hanya bergerak untuk mendapatkan harta dan prestise, mereka lupa bahwa yang mereka kejar itu tidak akan dibawa sampai pada kehidupan selanjutnya setelah melewati karma dalam hidup yang sesungguhnya, melainkan hanya butiran pasir yang didapat ketika berada di tempat terakhir."] [/caption]
Terkadang apa yang direncanakan tidak selalu mencapai hasil yang maksimum, bahkan juga gagal dicapai. Hal itu merupakan sebuah hal dalam kehidupan yang tidak bisa lepas dari dalam diri manusia. Usaha dan do’a sudah dilakukan, tapi hal itu tetap tidak akan mengubah semuanya, hanya sebagian yang akan diperoleh hingga benar - benar dicapai seutuhnya dan akan kembali seperti semula.
Ketika kita kecil pasti mempunyai sebuah cita cita yang diidam – idamkan, tapi coba ingat lebih dalam lagi, apa hal yang diimpikan itu sudah dicapai? Ya! Pasti ada yang bisa mencapainya, ada juga juga yang gagal. Kita mulai dulu dari yang berhasil mencapainya. Diawali dari bangku pendidikan dan menanjak hingga ke bidang profesi. Setelah itu bagaimana? Pasti setiap orang ingin mengaktualisasikan dirinya masing masing, setelah setiap insan dapat memenuhi 4 dari 5 tingkat manusia dalam hukum Maslow. Manusia yang sedang berada di tingkat ke 5 pastinya akan memilik sebuah integritas dan ambisi yang kuat, seperti ingin melakukan ekspansi perusahaan, menambah unit dagang, naik pangkat hingga mencapai titik dimana setiap manusia mendapatkan “gold” dan “glory”.
Hal itu bisa kita ibaratkan seperti seorang manusia yang mencari gunung emas, namun akhirnya yang ia dapat hanya serbuk pasir yang lembut. Bingung?
Setiap manusia memiliki sebuah karma hidup yang tidak akan bisa lepas dari takdir kita, yaitu kematian. Ketika kita mati, seolah – olah hal yang kita dapatkan itu tidak akan kita rasakan lagi, ibaratnya emas yang kita dapat tadi itu tidak akan bisa kita bawa dalam kehidupan selanjutnya. Ketika kita di kubur yang kita dapatkan hanya serbuk pasir yang turun sedikit demi sedikit disekitar jasad kita secara halus dan tetap akan ditimpa oleh tanah yang cinta terhadap asalnya.
Lalu apa bedanya dengan item yang pertama ada diatas tadi dengan sebuah rentetan hidup yang tidak sesuai dengan harapan, bahkan banyak diantara yang gagal itu tidak bisa mencapai tingkatan hidup seorang manusia yang berada di tingkat kelima. Mereka yang gagal dalam mencapai harapannya tadi, mengalami sebuah kehidupan yang ia anggap menjengkelkan bahkan meronta ronta terhadap sang penciptanya. Mereka ibaratnya masih tetap mencari gunung emas tadi, tapi hanya kalah cepat dibanding manusia yang telah berada di tingkat ke 5 terlebih dahulu.
Hal – hal yang ingin dicapai itu sulit didapat, hingga akhirnya tetap menjalani karma kehidupan seperti tadi, gunung emas yang dicari, serbuk pasir yang didapat.
Oleh sebab itu, sebagai umat manusia yang hanya dimiliki oleh sang penciptanya harus benar benar bisa memanfatkan segala momen yang ada, jangan hanya ingin kehidupan dunia yang di kejar, tapi kehidupan setelah kehidupan saat ini yang juga perlu kita persiapkan dari sekarang. Semoga kita semua dapat mengaktualisasikan diri tetap dijalan-NYA, tidak lupa kacang akan kulitnya, tidak lupa akan perjuangan dan jasa orang lain dan tetap menjadi individu yang tidak mementingkan keegoisan, tapi mementingkan keadaan bersama, salah satunya ingat keluarga. Jika kita tidak dapat memanfaatkan hal itu, maka kita akan tetap seperti sosok yang mencari gunung emas, tetapi yang didapat hanya serbukan pasir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H