Dalam era reformasi yang meneguhkan kebebasan mengeluarkan pendapat, telah banyak disalah gunakan hak itu dalam menyuarakan aspirasi ke pihak terkait. Kemenangan masyarakat Indonesia melalui mahasiswa dalam penurunan rezim presiden Soeharto seakan akan menganggap bahwa mahasiswa itu lebih hebat dari aparatur negara Indonesia lainnya, padahal ketika itu zamannya sangat berbeda sekali saat dada ini sudah tidak bisa menahan lagi sesak akan rezim saat itu, hal itu berproses ketika telah melalui serangakaian diplomasi dan diskusi yang diakhiri aksi. Berbeda dengan sebagian aktifis mahasiswa saat ini yang belum melewati tahapan seperti para pendahulunya, tidak seperti sekarang yang terlalu mudah untuk melakukan aksi dan demonstrasi tanpa melalui diplomasi dan diskusi terlebih dahulu.
“ Al- Wahhab” itulah jawaban dari nama penyakit itu semua. Al wahhab dalam demokrasi artinya terlalu cepat dalam menyimpulkan sesuatu yang validitasnya belum terlalu tepat, jika direlasikan hubungannya saat ini yaitu para aktifis yang belum melalui tahapan seperti pendahulunya sebelum memulai aksi. Diplomasi dan diskusi adalah tahapan awal yang penting dalam menyalurkan aspirasi tentang suatu kebijakan atau tindakan yang diambil pihak tertinggi terkait.
Melalui tahapan diplomasi, mediasi, dan diskusi itu tadilah penyakit al wahhab ini bisa diatasi, sehingga ketika hendak menimpulkan sesuatu, kita telah mendapatkan inti yang benar benar valid dan tepat setelah melalui serangkaian tahapan penting tadi. Sehingga kesombongan para sebagian aktifis yang merasa paling hebat bisa diatasi dan kelak sistem demokrasi kita benar benar matang dengan berdemokrasi yang bertanggung jawab tanpa anarki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H