"Ayolah, ini hari terakhir kita, setidaknya dalam bentuk seperti ini."
"Apa maksudnya dalam bentuk seperti ini?"
"Saudaraku, di kehidupan selanjutnya kita akan menjadi kotoran. Percayalah. Kabar baik ini haruslah kau percayai. Betapa indahnya kehidupan kita selanjutnya. Tidak perlu memiliki rencana, kita hanya tinggal mengalir. Mengikuti arus. Terima kasih usus."
Aku lupa bahwa dia selalu bermimpi untuk menjadi misionaris bagi kepercayaannya. Aku tidak pernah tertarik pada kepercayaan. Lagi pula sangat lazim bagi kami untuk tidak memiliki kepercayaan.
"Ah bagaimana aku lupa akan kepercayaanmu, sudahlah, hentikan, aku tidak akan percaya dengan kepercayaanmu, itu tidak bisa dibuktikan secara ilmiah."
"Eh kamu cerdik sekali. Mengalihkan pembicaraan. Jadi Rose?"
"Tetap tidak."
"Ayolah Cakra biarkan kita berpisah tanpa rahasia satu sama lain."
Sial. Dia benar-benar menggangu. Namun kali ini nampaknya aku tidak akan menolaknya. Lagi pula untuk apa aku simpan terus cerita ini.
"Arggh. Baiklah akan aku ceritakan. Hanya untuk kembaranku"
***