Mohon tunggu...
Farent B. Sagala
Farent B. Sagala Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Asisten Rumah Tangga

Manusia yang belajar di jurusan PKn. Saya orangnya sok edgy, sok lucu, hanya soklin pemutih.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menolak Menjadi Milea untuk Kemajuan Bangsa

4 Mei 2018   21:10 Diperbarui: 16 Maret 2019   23:43 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belakang ini Indonesia dihebohkan oleh film  Dilan 1990. Film ini ramai diperbincangkan baik di media sosial, maupun dari obrolan masyarakat, bahkan film ini juga diperbincangkan oleh pejabat contohnya Ridwan Kamil. 

Film asmara yang mengambil latar tahun 90an ini filmnya anak muda sekarang banget. Film ini sebetulnya menjadi gambaran mengenai apa yang disukai anak muda. Tokoh Milea yang cantik jelita, sangat mudah bergaul. Milea adalah gambaran dari apa yang didambakan oleh kebanyakan anak muda perempuan. Apalagi Dilan. Beliau adalah tokoh yang sangat sempurna dalam bayangan anak muda sekarang. Puitis, Lucu, penuh dengan kejutan, dan nakal. Milea penasaran dan akhirnya menyukai tokoh Dilan karena Dilan adalah gambaran laki-laki yang didambakan oleh Milea (gambaran perempuan zaman sekarang). Itu adalah tokoh yang sangat disukai anak muda sekarang. Itu adalah alasan mengapa buku dan film ini sangat laris. Lebih dari 6 juta penonton menyaksikan film ini. Ini menjadi film terlaris ke-2 setelah film fenomenal lainnya yaitu WARKOP REBORN: Jangkrik Boss Part 1. 

Hal tersebut membuat saya ingin menganalisis tokoh Dilan. Dilan adalah seorang 'panglima perang' suatu geng motor, sering tawuran, sering melawan guru walaupun dengan alasan yang dibenarkan. pada intinya beliau nakal. Disamping itu beliau seorang pria tampan, lucu dan penuh dengan kejutan. Dalam hal ini sesuatu yang perlu digarisbawahinya adalah kenakalan tokoh ini. Namun Milea menerima beliau apa adanya. Disini adalah titik yang perlu dikritisi. 

Cinta adalah salah satu emosi yang paling berpengaruh di anak muda. Cinta dengan mudah bisa mengubah seseorang. Baik mengubah ke arah yang baik maupun ke arah yang jelek. Kita perlu fokus dengan masalah perubahan ke arah yang buruk yang biasanya dialami oleh perempuan. Perempuan mudah sekali terperdaya oleh laki-lakinya. Perempuan terlalu didominasi oleh cintanya sehingga apapun yang diminta oleh lelakinya biasanya akan diikuti. Dalam satu sisi lelaki selalu cerdik dalam memanfaatkan hal ini. Sehingga kita mengetahui hal yang selanjutnya. 

Namun cinta juga bisa membawa seseorang ke arah yang baik. Namun dalam konsep ini perempuan menjadi 'kunci permainan'. Perempuan perlu mengontrol cintanya. Dalam menerima lelaki, perempuan tersebut perlu memberi syarat yang tinggi. Satu hal yang perlu diketahui adalah lagu Tulus 'jangan cintai aku apa adanya' dengan liriknya ' jangan cintai aku apa adanya ja a a a angan. Tuntutlah sesuatu biar kita ja a a alan ke depan. Yeah' Hal tersebut harus kita lakukan dalam membuat perubahan ke arah yang lebih baik. Perempuan harus menuntut sesuatu dari seseorang laki-laki. Namun bukan bersifat materiil namun berupa kedewasaan dan juga prestasi. 

Itulah cinta yang baik. Prioritas dari cinta bukanlah untuk mencari kesenangan untuk diri kita, karena saat kesenangan itu hilang maka cintanya pun hilang, tetapi lebih dari itu. Cinta adalah bagaimana membuat seseorang yang kita sayangi bahagia. Saat kita ingin yang kita cintai bahagia kita rela berkorban demi orang tersebut. Saat masing-masing memiliki hal ini tentu pasangan ini adalah pasangan yang ideal. Pasangan yang saling mengembangkan individu masing-masing tanpa meminta imbalan. Satu-satunya imbalan adalah kita akan bahagia saat orang yang kita sayangi bahagia. 

Itulah mengapa judul saya menolak menjadi Milea. Seharusnya perempuan yang mengontrol lelaki. Buatlah lelaki itu sibuk kepada perempuannya. Buat laki-laki didominasi oleh cintanya. Hal ini dilakukan bukan karena jual mahal, sombong atau sebagainya, namun karena kecintaan untuk mengembangkan. Saat semua pasangan memiliki cinta tersebut, bukan cinta yang saling meminta namun saling memberi, bukan cinta yang mengarah pada seksual melainkan pada kebajikan, tentu Indonesia akan maju karena pendidikan tidak hanya dilakukan di dalam kelas namun juga saat berpacaran terjadi pendidikan. 

Bayangkan cinta saling mengembangkan itu terjadi di film tersebut. Kita tidak akan melihat adegan perkelahian Dilan dengan gurunya. Kita tidak akan melihat adegan ciuman di akhir cerita. Namun hal yang lebih indah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun