Mohon tunggu...
Farelino Reynard
Farelino Reynard Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Puitis dan berjiwa seni

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menangani Krisis Mental Mahasiswa Baru: Tantangan, Adaptasi, dan Solusi untuk Kesehatan Mental di Dunia Perkuliahan

2 Januari 2025   17:31 Diperbarui: 2 Januari 2025   17:40 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Managing Mental Health website

Progresivitas Pendidikan individu menjadi tolak ukur yang menandakan sejauh mana tingkat pemahaman individu dan adaptasi terhadap ilmu pengetahuan baru. Ini selaras dengan yang terjadi pada mahasiswa baru. Menurut World Health Organization (WHO), gangguan mental umumnya terjadi pada kalangan mahasiswa yang pada umumnya baru memasuki dunia perkuliahan. Selain itu, tercatat dalam beberapa penelitian yang dilakukan di beberapa perguruan tinggi menyebutkan bahwa, prevalensi depresi pada mahasiswa di Indonesia cukup tinggi, berkisar antara 41,5-54,7%. Perbedaan gaya belajar menjadi salah satu hal yang dianggap pemicu shock bagi mahasiswa baru bila dibandingkan dengan kehidupan di sekolah menengah. Sekolah menengah dapat dikatakan sebagai lingkungan yang statis, menjalani kehidupan belajar berdasarkan pengalaman yang sama setiap minggunya. Berbeda dengan dunia perkuliahan yang merupakan lingkungan yang dinamis dan diwarnai dengan berbagai kemungkinan.

Dunia perkuliahan menjadi masa transisi yang penting antara sekolah menengah dan dunia kerja. Perkuliahan menawarkan pengalaman belajar yang tumbuh dari adanya kemandirian siswa, kecakapan menggali informasi, pengendalian emosi, kehidupan yang tidak bergantung pada siapapun, serta lingkungan belajar yang fleksibel dan berpotensi mengalami perubahan. Semua hal di atas menjadi pembeda yang sangat signifikan antara sekolah menengah dan dunia perkuliahan. Namun, fakta ini berpotensi memunculkan problematika terkait mental mahasiswa, khususnya mahasiswa baru. Adanya perbedaan yang signifikan membuat kondisi mental mahasiswa baru sedikit terganggu sehingga kebanyakan dari mereka perlu mendapat teman dan cara untuk membiasakan diri mereka agar bisa beradaptasi dengan baik. Adanya permasalahan di atas, menjadi dasar dari adanya tulisan ini. Kajian yang dijabarkan dalam tulisan ini diharapkan mampu menjadi sarana literasi yang baik dan relevan, baik terhadap peningkatan ilmu pengetahuan maupun kondisi mental mahasiswa.

Kesehatan mental memiliki korelasi terhadap kemampuan mahasiswa baru untuk beradaptasi terhadap lingkungan kampus. Selain itu, Kesehatan mental memiliki kepentingan yang sama jika disandingkan dengan Kesehatan fisik. Mental yang baik dapat mempengaruhi kinerja sesorang dalam meningkatkan efektivitas dalam bekerja. Kesehatan dan efektivitas kerja manusia merupakan kondisi biopsikososial yang melekat dalam kehidupan setiap insan manusia. Kesehatan mental sangat penting bagi mahasiswa baru. Memasuki dunia perkuliahan menuntut setiap mahasiswa baru untuk berusaha menjadi pribadi yang adaptif. Selain itu, tekanan akademis menjadi salah satu dampak yang dapat memperburuk efektivitas pembelajaran bagi mahasiswa baru. Tugas yang sulit, persaingan antarmahasiswa, tanggung jawab dalam pemenuhan harapan dosen dan keluarga, serta berbagai tuntutan ujian menimbulkan efek kelelahan dan stres jika tidak mampu dikelola dengan efektif dan formatif. Selain itu, mahasiswa tahun pertama juga mengalami perubahan kehidupan sosial karena merasa perlu menjalin kembali relasi sosial, berusaha menyamakan kebiasaan dengan teman baru dan lingkungan sekitar. Menurut (Fitroni, 2020), budaya baru juga dapat menjadi sumber stres, karena tidak tidak semua proses penerapan nilai dan kebiasaan dapat berjalan baik-baik saja. Di samping itu, mahasiswa perantau perlu menyesuaikan diri dengan kebiasaan lingkungan sekitar serta tempat tinggal dengan bijak.

Proses adaptasi yang diiringi dengan berbagai tuntutan tugas yang tidak selesai menyebabkan mahasiswa baru dituntut untuk menggali banyak hal yang meliputi perubahan-perubahan sosial yang juga mencakup gegar budaya, kebutuhan Pendidikan, dosen dan teman-teman yang memiliki perbedaan persepsi, serta pengaruh psikososial dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Hal ini tentu  memperburuk proses mahasiswa baru untuk menemukan konsep adaptif oleh karena mental yang terus digerus. Maka dari itu, ada beberapa langkah solutif yang dapat meminimalisir problem ini. Solusi tersebut meliputi, dukungan sosiaol untuk membantu mahasiswa baru beradaptasi dan berbagi pengalaman, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan organisasi untuk membangun koneksi, serta bantuan kesehatan mental melalui produk web atau interaktif. Mahasiswa baru Universitas Airlangga dalam grup Pembelajaran Dasar Bersama sedang menggarap sebuah website yang berupaya meminimalisir krisis mental. Tentunya inovasi ini lahir dari adanya permasalahan yang telah dijabarkan di atas. Harapannya, website ini mampu memberi kontribusi yang baik bukan hanya bagi mahasiswa baru, melainkan bagi setiap mahasiswa yang merasa membutuhkan tempat untuk meminimalisir gangguan mental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun