Namum praktik dilapangan justru berkebalikan, bagai api jauh dari panggang bagai pungguk yang merindunkan rembulan. Alih-alih membantu keluarga yang biasa, kebijakan UKT justru menyebabkan disparitas jurang pemisah yang cukup dalam sehingga menutup peluang dari yang diharapkan.
Kampus Merdeka
Belum lagi segudang permasalahan sendiri yang dibebankan ke mahasiswa, membuat gerakan ini seperti sunyi dalam sedu sedahnya. Seperti kebijakan Kampus Merdeka yang baru-baru ini dirintis Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, dengan tujuan untuk mengenalkan dunia kerja pada mahasiswa sejak dini.
Guna memuluskan langakah tersebut serta mempersiapkan mahasiswa dalam dunia kerja, salah satu terobosannya ialah mendorong mahasiswa untuk belajar selama tiga semester di luar prodi pilihannya. Kebijakan itu merupakan bagian Kampus Merdeka yang memberi kesempatan mahasiswa untuk menentukan mata kuliah yang hendak diambil.Â
Harapannya dengan adanya kebijakan tersebut, mahasiswa tidak hanya memiliki kemampuan dalam satu bidang ilmu saja, tetapi bisa menguasai berbagai keilmuan yang berguna di dunia kerja. Suatu niatan yang menurut penulis cukup mulia namun akan banyak kendala dalam penerapannya.
Sebab pengejewantahan dalam program Kampus Merdeka seperti hanya mendikotomi mahasiswa hanya untuk menjadi pekerja saja. Cukup menafikan hal ihwal yang bisa didapatkan lepas dari ilusi yang ditawarkan tersebut. Imbas yang cukup nyata ialah esensi perkuliahan yang hanya menjadi ritus menuju lulus.
Menafikan sengitu banyak musabab yang idealnya bisa didapat jika tidak dibebani dengan kewajiban-kewajiban yang timpang. Serta upaya penekanan yang permisif melalui beragam cara yang kadang tidak sampai di nalar saya sebagai mahasiswa untuk tetap bisa bergerak bebas.
Jalan sunyi yang ditempuh menjadikan mahasiswa saat ini sadar apa yang membedakan dengan pendahulunya. Beragam hal dan upaya-upaya yang terjadi di tengah mahasiswa saat ini tentu membuka mata bahwa pentingnya meruwat gerakang tak ubahnya seperti bercocok tanam.
Selalu meruwat agar panji-panji semangat pergerakaannya selalu ada dan nyata disetiap jalannya. Mengingat apa yang akan terjadi saat ini akan menjadi titik balik dimasa mendatang untuk jalan yang lebih baik. Baik untuk siapa, tentu untuk seluruh masyarakat yang ada di negeri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H