Mohon tunggu...
Fareh Hariyanto
Fareh Hariyanto Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Klasik

Sedang menempa kanuragan di Jurusan Ahwalusasyhiah IAI Ibrahimy Genteng Bumi Blambangan Banyuwangi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menakar Suksesor Bupati Anas

24 Desember 2019   00:23 Diperbarui: 26 Desember 2019   10:28 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bukunya tersebut Bupati Anas juga menjabarkan upaya-upaya yang dilakukam dengan pendekatan yang anti mainstream. Diantaranya semakin Terbawah Semakin Prioritas Teratas, Semakin Misteri Semakin Diminati, Semakin Tersembunyi Semakin Dicari, hingga Rumah Sakit Bukan Tempat Orang Sakit. Hal-hal itu menjadikan terobosan baru bagi perkembangan Banyuwangi.

Harapan Besar

Oleh karenanya, harapan besar digantungkan untuk suksesor Abdullah Azwar Anas kedepan karena akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan guna membawa Banyuwangi ke arah yang lebih baik. Upaya-upaya tersebut juga diharapkan mendapat angin segar dari kendaraan politik untuk memilah dan memilih calon yang terbaik.

Jika menggunakan analisis input/output model ekonomi, maupun menggunakan model social concent matrix terhadap peta perpolitikan di Banyuwangi maka akan dapat dilihat dampak pentingnya pemimpin dalam tatanan pemerintahan guna membawa daerah tersebut semakin berkembang.

Lalu upaya simulasi angka-angka dengan satu model tadi yang kemudian menjadi landasan mengapa ihwal pendidikan politik cukup penting. Agar pemilih tak seperti membeli kucing dalam karung. Sehingga upaya meneruskan kegemilangan Banyuwangi Era Bupati Anas dapat berlanjut.

Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI mencatat ada 270 daerah yang menggelar Pilkada serentak. Hal itu dengan rincian sembilan pemlihan gubernur, 224 pemilihan bupati, dan 37 pemilihan walikota. Gelaran tersebut diharapkan bisa menjadi momen untuk warga bisa kembali memilih pemimpinnya untuk menjabat selama lima tahun ke depan.

Akhirukalam baik atau tidaknya politik ini semua kembali ke Masyarakatnya, idealnya memang harus ada medium pembelajaran agar masyarakat tak hanya memilih sosok pemimpin hanya karena status dan asal usul dari keluarga siapa bukan bisa apa dan memiliki kapabilitas apa dalam kepemimpinan itu maka hal itu cukup riskan.

*Tulisan ini sempat di Muat di Radar Banyuwangi dengan judul yang sama.

Tangkapan layar Opini Radar Banyuwangi. (Foto. Fareh Hariyanto/kompasiana.com)
Tangkapan layar Opini Radar Banyuwangi. (Foto. Fareh Hariyanto/kompasiana.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun