Ayat ini menggambarkan keluasan jangkauan ilmu yang dimiliki oleh Tuhan Sang Pencipta semesta alam. Tak ada perbedaan dalam ilmu-Nya baik itu yang di Timur dan Barat semuanya wilayah dijangkau oleh matahari dan bulan, semua dilalui siang dan malam, semua mendapatkan rahmat-Nya dalam curahan hujan. Dia tidak membedakan hujan dalam setiap wilayah yang dicurahkan, Dia tidak mengedepankan ego-Nya sebagai As Salam (Pemilik Islam) atau Al Addin Pemilik system / Agama. Dan ilmunya bisa dirasakan seluruh makhluk baik yang didarat dan dilaut, begitu juga seluruh manusia.
Maka ketika Dia mengutus Nabi / Rosul kepada umat manusia tentulah harus mempu menjangkau ilmu-Nya yang luas dan rahmat-Nya kepada seluruh ciptaan-Nya.
Maka sudah menjadi kewajiban Para Nabi dan Rosul mengajarkan, mendidik dan membimbing umat manusia kearah yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya , orang lain dan bumi.
Tak ada perbedaan ajaran,ujaran dan pendidikan para Nabi atau Rosul yang telah di utus oleh Allah Al Mursil (Yang Mengutus) sebab ilmu mereka dan ideologi serta daya nalar mereka terpagari dengan Kitabullah dan Sunnah-Nya. Tidak dangkal juga tidak melampaui, ruysdan para Nabi adalah hidayah dan sesuai porsi dan proporsinya tanpa harus melanggar hukum alam / nature's of law yang telah ditetapkan oleh Sang Penciptanya.
Qur'an surat Al Baqarah[2] ayat 136: Katakan: "Kami beriman kepada Allah dan apapun yang diturunkan-Nya kepada kami, dan yang diturunkan-Nya kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub serta anak cucunya, dan kepada Musa, Isa, begitu pula kepada para nabi yang datang dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan / membanding-banding (firqoh-taffaroq) seorangpun diantara para Nabi / Rosul, oleh karena itu kami tunduk patuh (muslim)".
Maka siapapun manusia yang tunduk patuh kepada perintah atau 'amrun dari Tuhan yang telah tertera pada semua kitab yang pernah Dia ajarkan kepada Musa (taurat), Daud (zabur), Isa (injil) dan kepada Muhammad (Al Qur'an). Semua kitab inilah Kitabullah, semua kitab inilah petunjuk, pedoman dan pemandu seluruh umat beragama, dengan Kitabnya pula umat beragama selayaknya memutuskan setiap hal tanpa terkecuali.
Lantas dimanakah kesalahan dan perpecahan bisa terjadi? Atau mengapa seluruh umat beragama menjadi bodoh dan memutuskan berdasarkan egonya dan sesuka hatinya?
Semua itu kembali ke-diri dan lagi-lagi hawalah yang berperan untuk membutakan manusia, membelokan yang lurus dan mengkaburkan kebenaran serta hati semua manusia. Lama kelamaan hawa tersebut mengubah kita menjadi pemuja dan pengikut syaithan atau iblis yang jauh hari telah di ingatkan oleh Tuhan Pencipta Allah Al Kholiq yang telah membentuk rupa dan mendesign serta menghadirkan manusia kebumi.
Qur'an surat Al A'aaraf[7] ayat 27: "Hai bani Adam, janganlah kalian terfitnah oleh syaithan sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua orang tuamu dari surga, syaithan telah melepaskan dari keduanya pakaian (libasa) untuk mempelihatkan kepda kedua orang tuamu'auratnya.
Sungguh syaithan dan pengikutnya mampu dan bisa mengindikasimu dari tempat yang kamu tidak bisa mengindikasi keberadaannya. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaithan itu wali (auliya) bagi siapapun yang tidak mau beriman".
Syaithan mampu membisikkan dan mengarahkan manusia dari tempat jauh, dari manapun dia suka, syaithan bisa mendatangi manusia dalam keadaan sadar apalagi tidak sadar, bahkan syaithan bisa masuk kedalam kehidupan manusia baik didalam hati dan pikiran. Ingatlah wahai manusia makhluk ciptaan Al Kholiq, hawa nafsumulah pengikut syaithan yang paling setia, untuk menjadikan seluruh pandangan (ideologi), pikiran dan perasaan kita tercemari olehnya, yang lama kelamaan kita akan menjelma menjadi makhluk baru, makhluk yang kita sendiri akan mewujudkannya. Maka hadirlah dia dengan segala macam atributnya iblis, korin, samiri, ya'juj ma'juj dan dajjal, yang akan mengendalikan hidup serta kehidupan manusia seluruhnya.